Followers

ziddu

Showing posts with label Politik. Show all posts
Showing posts with label Politik. Show all posts

Thursday, March 01, 2012

Bukan Islam dilantik Pemimpin Jemaah Islam?


Written by Nasruddin Hassan  
Khamis, 01 Mac 2012 13:13



Dalil larangan syara' terhadap perlantikan orang bukan Islam dalam kepimpinan jamaah Islam atau ahli mesyuarat utama dan tetap 


1. Larangan mengambil “Bithanah” dari kalangan orang bukan Islam


Firman Allah;


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil bithanah(teman kepercayaanmu) dari orang-orang yang bukan dari kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya”. 


(Ali Imran: 118)


Apa makna Bithanah dalam ayat di atas? Dalam Tafsir Pimpinan ar-Rahman, bithanah diterjemahkan sebagai “orang dalam” (yang dipercayai). 


Menurut Tafsir al-Jalalain; Bithanahialah; orang-orang terpilih yang didedahkan rahsia kaum muslimin kepada mereka. 


Menurut Imam ar-Raghib al-Asfahani dalam kitabnya al-Mufradaat; “Bithanatan” maknanya; “Orang-orang yang (mempunyai kedudukan) khusus bagi kamu di mana ia mengetahui secara dalaman urusan-urusan kamu”. 


Berdasarkan huraian Said Hawa, termasuk juga dalam pengertian Bithanah ialah; al-istisyarah(iaitu meminta pandangan atau pendapat)[1]
, al-Istinshah (iaitu meminta nasihat), menjadi penyimpan rahsia dan teman rapat”.[2]



Adapun pengertian “min dunikum” (orang-orang yang bukan dari kalangan kamu), menurut Imam Ibnu Kathir; “orang-orang dari agama selain kamu (yakni orang-orang bukan Islam)”.


Menurut Tafsir al-Jalalain; “Orang-orang yang bukan dari kamu (kaum muslimin) iaitu Yahudi, Nasara dan munafik”. [3]
 
Lebih jelas, Syeikh Said Hawa menerangkan dalam al-Asas fi at-Tafsir; Firman Allah “Min Dunikum” termasuk dalam pengertiannya sekelian penganut agama-agama (selain Islam), orang-orang mulhid dan munafik, serta juga orang yang tergolong dalam ucapan Rasulullah “Laisa minna” (bukan dari kalangan kami)…..[4]
 


Beliau menjelaskan lagi; “Maksud pertama bagi yang demikian itu (yakni “orang-orang yang bukan dari kalangan kamu”) ialah orang-orang kafir ahli Kitab (yakni Yahudi dan Nasara). Jika begitu, maka orang-orang kafir lainnya sudah tentunya lebih utama untuk kita berhati-hati dan (lagipun) tegahan dalam ayat tersebut adalah bersifat umum. 


Maka asas tegahan tersebut ialah ketidakharusan mengambil bithanahdari orang-orang yang bukan dari kalangan kita dan termasuk di dalam pengertiannya orang-orang kafir sekeliannya sama ada ahli kitab (yakni Yahudi dan Nasara), orang-orang Musyrikin, mulhid serta orang-orang munafik kerana mereka bukan dari kalangan kita….


dan sebagai ihtiyat (*yakni mengambil pendirian yang lebih berhati-hati) kita memasukkan juga dalam pengertiannya orang-orang orang yang dinafikan oleh Rasulullah bahawa ia tergolong dari kalangan kita (yakni kaum muslimin) seperti sabda baginda;


من غشنا فليس منا
“Sesiapa yang menipu kami maka ia bukan dari kami”


من رغب عن سنتي فليس مني


“Sesiapa yang berpaling dari sunnahku, ia bukan dari kalanganku”


من لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم 
“Sesiapa tidak mengambil berat urusan kaum muslimin, maka dia bukan dari kalangan mereka”.


ليس منا من دعا إلى عصبية، وليس منا من قاتل على عصبية، وليس منا من مات على عصبية 
“Bukan dari kalangan kami seorang yang mengajak kepada ‘Asabiyyah, bukan dari kalangan kami seorang yang berperang di atas dasar ‘Asabiyyah”.


Beliau (yakni Syeikh Said Hawa) menegaskan; “Orang-orang seumpama mereka hendaklah kita berhati-hati/berjaga-jaga. Maka janganlah kita menjadikan mereka orang-orang yang khusus bagi kita dan janganlah kita mendedahkan rahsia-rahsia kita kepada mereka, mendedahkan kejelikan/keburukan kita (yakni menceritakan masalah-masalah dalaman), menceritakan perancangan-perancangan kita dan bermesyuarat dengan mereka dalam masalah-masalah kita…”5]



2. Larangan memberikan wala' kepada orang bukan Islam


Allah tidak melarang kaum muslimin untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang bukan Islam sebagaimana firmanNya; 
Namun wala' tidak diizinkan Allah untuk diberikan melainkan kepada orang mukmin sahaja. Berbuat baik kepada orang bukan Islam dan berlaku adil kepada mereka tidak harus dicampur adukkan dengan wala'. Al-Birr wa al-Adl adalah hak untuk semua manusia tanpa mengira agama dan pegangan hidup. Adapun wala' hanya khusus untuk orang yang seaqidah sahaja. 


Apa maksud wala'? Dan apa yang terkandung dalam skop wala'?


Di antara ayat Allah yang menyentuh tentang walak ialah;


لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ


“Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”. 


(Ali Imran: 28)


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?”. 


(an-Nisa’: 144)


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil untuk menjadi wali-wali kamu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman”. 


(al-Maidah; 57).


إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. 


(al-Anfal: 72)


وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ


“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. 


(at-Taubah: 71)


Ayat-ayat di atas menegas satu perkara kepada kita iaitu; larangan menjadikan orang-orang bukan Islam sama ada ahli Kitab (yakni orang-orang Yahudi dan Nasara/Kristian) atau penganut-penganut agama lainnya sebagai wali-wali kita, atau dalam pengertian yang lain, dilarang kita memberi wala’ kita kepada mereka.


Maksud wali secara amnya ialah rakan atau teman khusus yang dipercayai, diberi kesetiaan, diserahkan urusan dan kepimpinan, diambil pandangan atau perdapatnya, diamanahkan menjaga rahsia, diberi pertolongan (tatkala ia memerlukannya) dan dipohon pertolongan darinya (tatkala diperlukan bantuan darinya). Rakan atau teman khusus ini paling utama difahami dalam konteks perjuangan dan jihad kerana ia memiliki implikasi langsung dengan Islam dan masa depan umat Islam.


Syeikh Muhammad as-Shobuni dalam tafsirnya Sofwatu at-Tafasir menghuraikan wala’ kepada orang kafir dengan makna; “Memberi pertolongan kepada mereka, meminta pertolongan dari mereka, bersama-sama mereka dalam saf/barisan dan bergaul-rapat dengan mereka sebagaimana pergaulan dengan kaum muslimin”.[6]



Menurut Syeikh Musthafa al-Khairi; “Terkandung juga dalam makna memberi al-Wala’ kepada orang kafir ialah meminta pertolongan dari mereka dalam peperangan. Sebahagian ulama’ mengharuskannya jika ada keperluan dan diyakini kejujuran mereka…”.[7]



Dalam tafsir al-Qurthubi, Imam al-Qurthubi menaqalkan dari Ibnu Khuwaiz Mindad yang menyatakan; “Ayat ini (*yakni ayat 57 dari surah al-Maidah) sama seperti firman Allah dalam surah al-Maidah (ayat 51) dan Ali Imran (ayat 118) yang terkandung di dalamnya tegahan at-ta’yiid (yakni menguatkan pasukan) dan al-isti’anah (yakni memohon pertolongan/bantuan) dengan orang-orang Musyrikin dan yang seumpama mereka (yakni orang-orang bukan Islam). 


Diriwayatkan dari Jabir r.a. yang menceritakan; “Tatkala Rasulullah s.a.w. hendak keluar ke peperangan Uhud, datang satu kumpulan orang Yahudi dan berkata; ‘Kami ingin keluar berperang bersama kamu’. Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab; ‘Sesungguhnya kami tidak akan meminta pertolongan dalam urusan kami dari orang-orang Musyrikin”.[8]

Dan lebih tegas lagi, ada sebahagian ulama’ memasukkan juga dalam pengertian memberi wala’ kepada orang kafir; memberi jawatan kepada mereka dalam bidang/skop yang sepatutnya diisi oleh orang Islam seperti mengambil mereka untuk bekerja atau berkhidmat di diwan-diwan (yang merekod dan menjaga maklumat-maklumat dan rahsia Negara).[9]
 


Hujjah mereka ialah riwayat yang menceritakan celaan Umar terhadap gabenornya di Yaman iaitu Abu Musa al-Asy’ari yang mengambil seorang bukan Islam sebagai pencatat (bagi urusan yang bersangkutan kaum muslimin) dan ia mengarahkan Abu Musa supaya memecatnya.[10]
 (Sila baca riwayat ini di depan nanti bawah tajuk; Tegahan para sahabat
Sebagai penjelasan akhir bagi wala’ ini, kita memetik ulasan Asy-Syahid Syed Qutb dalam kitab tafsirnya yang terkenal “Fi Dzilalil-Quran”;


“Islam tidak menegah orang Islam untuk bermu’amalah (yakni berinteraksi) secara baik dengan orang yang tidak memeranginya kerana agama sekalipun orang itu tidak seagama dengannya. Akan tetapi wala’ adalah suatu yang lain dari bermu’amalah dengan baik itu.[11]
 


Wala’ adalah irtibath (keterikatan), tanashur (saling bantu-membantu) dan tawaaddu (saling kasih-mengasihi). Wala’ ini tidak wujud dalam hati seorang yang benar-benar beriman kepada Allah melainkan untuk diberikan kepada orang-orang beriman yang mempunyai ikatan dengannya kerana Allah, yang tunduk bersamanya kepada manhaj Allah dalam kehidupan dan yang berhukum kepada kitabNya dengan penuh taat, patuh dan berserah[12]
”.


(Fi Dzilalil-Quran, Jil. 1, hlm. 387 (Surah Ali Imran, ayat 28))


3. Larangan Nabi dari melibatkan orang bukan Islam dalam permesyuaratan yang khusus berkait dengan maslahah agama dan kaum muslimin
Sabda Nabi s.a.w.;
لَا تَسْتَضِيئُوا بِنَارِ الْمُشْرِكِينَ 


“Janganlah kamu menumpang cahaya orang-orang Musyrik” (Hadis riwayat Imam Ahmad dan an-Nasai dari Anas r.a.).
Menurut Imam Ibnu al-Athir dalam kitabnya an-Nihayah fi Gharibil-Hadith; maksud hadis ini ialah;


أي لا تستَشِيُروهم ولا تأْخُذوا آراءهم، جعل الضوءَ مَثلا للرأي عند الحيرة


“Yakni; janganlah kamu bermesyuarat dengan mereka dan janganlah mengambil pandangan-pandangan mereka. Rasulullah menjadikan cahaya sebagai misalan bagi pandangan/pendapat …”.


Menurut Imam al-Hasan al-Basri, maksud hadis tersebut ialah;[13]
“Janganlah kamu bermesyuarat dengan orang-orang musyrikin dalam urusan-urusan kamu”. Dalil bagi tafsiran ini menurut beliau ialah firman Allah;


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil bithanah(teman kepercayaanmu) dari orang-orang yang bukan dari kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya”. (Ali Imran: 118)


4. Keengganan Rasulullah s.a.w. untuk menerima penyertaan orang kafir dalam saf jihad


Terdapat riwayat-riwayat hadis menceritakan Rasulullah s.a.w. menolak orang kafir dari menyertai jihad/peperangan bersama pasukan baginda meskipun ketika dalam keadaan gawat (seperti dalam peperangan Badar, Uhud dan Ahzab di mana bilangan tentera Islam amat sedikit). Antara riwayat yang dapat kita kemukakan di sini;
1. Imam Muslim meriwayatkan dari Saidatina Aisyah r.a. yang menceritakan; “Semasa Rasulullah sedang berjalan bersama tenteta Islam menuju ke Badar, ketika sampai di Harratil-Wabarah seorang lelaki datang menemui baginda. Lelaki itu dikenali sebagai seorang yang kuat dan berani menyebabkan para sahabat berasa gembira apabila melihat kedatangannya. 


Lelaki itu berkata kepada Rasulullah; “Aku datang untuk menyertaimu dan memperolehi habuan rampasan perang bersamamu”. Lalu baginda bertanya kepadanya; “Adakah kamu beriman dengan Allah dan RasulNya”. Ia menjawab; “Tidak”. 


Rasulullah lalu berkata kepadanya; “Pulanglah. Sesungguhnya aku sekali-kali tidak akan meminta bantuan dari seorang musyrik (فَارْجِعْ، فَلَنْ أَسْتَعِينَ بِمُشْرِكٍ )”. Saidatina Aisyah r.a. menceritakan lagi; ‘Kemudian Rasulullah meneruskan perjalanannya, hinggalah tatkala kami singgah berhampiran sebuah pokok, lelaki itu datang lagi dan meminta seperti tadi. 


Rasulullah juga menjawab sebagaimana tadi; “Pulanglah! Aku sekali-kali tidak akan meminta bantuan dari seorang musyrik”. Rasulullah meneruskan lagi perjalanannnya hingga sampai di al-Baida’. Di situ lelaki tersebut datang lagi dan mengulangi permohonannnya itu. Rasulullah bertanya sekali lagi kepadanya; “Adakah kamu beriman kepada Allah dan RasulNya”. Kali ini ia menjawab; “Ya (saya telah beriman)”. Lalu Rasulullah berkata kepadanya: “Ayuh! Bergeraklah (bersama kami)”.


(Lihat; Soheh Muslim, Kitab al-Jihad wa as-Siyar, bab Karahati al-Isti’anah fi al-Ghazwi bi kafirin…)
2. Diriwayatkan dari Jabir r.a. yang menceritakan; “Tatkala Rasulullah s.a.w. hendak keluar ke peperangan Uhud, datang satu kumpulan orang Yahudi dan berkata; ‘Kami ingin keluar berperang bersama kamu’. Lalu Rasulullah s.a.w. menjawab; ‘Sesungguhnya kami tidak akan meminta pertolongan dalam urusan kami dari orang-orang Musyrikin”. 


(Lihat Riwayat ini dalam; Tafsir al-Qurthub, surah al-Maidah, ayat 57).


3. Ibnu Abbas r.a. menceritakan; seorang sahabat iaitu ‘Ubadah bin as-Shomit r.a. mempunyai rakan-rakan dari kalangan orang Yahudi. Semasa peperangan Ahzab, beliau (yakni Ubadah) berkata kepada Nabi s.a.w.; “Wahai Nabi Allah, saya mempunyai rakan-rakan dari orang Yahudi seramai 500 orang dan saya merasakan perlu untuk mengajak mereka keluar bersama saya untuk memerangi musuh. Lalu Allah menurunkan ayat;
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ


“Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min”. 


(Ali Imran: 28)


(Rujuk riwayat ini dalam Tafsir al-Qurthubi dan juga Rawai’ul Bayan, Syeikh Muhammad Ali as-Shobuni, jil. 1, hlm. 440).


Perhatikan; jika untuk menjadi tentera biasa telahpun ditolak atau dilarang oleh Nabi, maka bagaimana untuk mengambil mereka (yakni orang-orang bukan Islam) bagi mengisi barisan kepimpinan? Sudah tentu ianya lebih dilarang oleh baginda.


4. Tegahan para sahabat terhadap perlantikan orang bukan Islam untuk jawatan yang berkait urusan kaum muslimin


Dalam Tafsir Ibnu Kathir, terdapat riwayat dari Ibnu Abi Dahqanah yang menceritakan; pada zaman Umar r.a., terdapat seorang budak lelaki dari al-Hirah yang memiliki kepandaian menulis, namun ia tidak Islam. Lalu dicadangkan kepada Umar supaya mengambilnya sebagai penulis Negara. Namun umar menjawab; “Jika aku mengambilnya bermakna aku mengambil orang kepercayaan bukan dari kalangan orang-orang beriman”.[14]



Ibnu Kathir mengulas; Athar dari Saidina Umar ini berserta ayat di atas menjadi dalil bahawa tidak harus mengambil ahli zimmah (yakni orang bukan Islam yang menjadi warganegara daulah Islam) untuk bekerja atau bertugas (sebagai pencatat/penulis atau sebagainya) dalam hal-hal dalaman kaum muslimin kerana dibimbangi mereka akan mendedahnya kepada musuh-musuh Islam. Kerana itu Allah berfirman;
لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ
“…mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu”.[15]



Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Iyadh yang menceritakan bahawa Abu Musa al-Asy’ari melantik seorang Nasrani sebagai pencatatnya. Pada suatu hari, atas suatu urusan ia membawa pencatatnya itu berjumpa Umar. Melihat kebolehan pencatat tersebut, Umar berasa takjub dengannya, lalu Umar memintanya untuk membaca suatu surat yang datang dari Syam yang berada di dalam masjid. Namun Abu Musa menjawab; ‘Ia tidak boleh memasuki masjid (wahai Umar)’. Umar bertanya; ‘Apakah ia berjunub?’. Jawab Abu Musa; ‘Bukan, tetapi kerana ia seorang Nasrani’. Umar lalu memarahi Abu Musa dan menampar pahanya. Kemudian Umar membaca firman Allah;


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ 


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali-wali kamu”. (al-Maidah: 51)


(Lihat riwayat ini dalam Tafsir Ibnu Kathir, surah al-Maidah, ayat 51).


AMALAN RASULULLAH S.A.W. DALAM PENGLIBATAN KERJASAMA DAN PAKATAN DENGAN ORANG BUKAN ISLAM


Menolak perlantikan orang bukan Islam untuk jawatan dalam kepimpinan tertinggi Jamaah tidak bermakna kita menentang segala bentuk pakatan atau kerjasama dengan orang bukan Islam.Jika kita membaca Sirah Nabi –khusus berkenaan interaksi baginda dengan orang bukan Islam- kita akan perhatikan; dalam aspek-aspek tertentu baginda amat bertegas menolak penglibatan orang bukan Islam (iaitu aspek yang berkait dengan bithanah, walak dan sebagainya tadi), namun dalam aspek-aspek lain pula baginda menerima penglibatan mereka, antara contoh yang boleh kita sebutkan ialah;


1. Hilful Fudhul
Nabi pernah bersabda;


لقد شهدتُ في دار عبد الله بن جُدعان حلفاً لو دُعيتُ له في الإسلام لأجبت، تحالفوا أن يردوا الفضول على أهلها، وألاّ يغزوَ ظالمٌ مظلوماً 


“Aku pernah menyaksikan suatu perjanjian di rumah Abdullah bin Jud’an yang seandainya sekarang ini (yakni di masa Islam) jika aku diajak untuk ikut serta dalam perjanjian tersebut pasti aku akan ikut. Mereka berjanji untuk mengembalikan semua hak orang yang teraniaya kepada pemiliknya agar orang yang zalim tidak dapat berbuat sewenang-wenangnya kepada orang lemah” 


(Riwayat Imam al-Humaidi dalam


Dalam riwayat yang dicatatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra, lafaznya;


لَقَدْ شَهِدْتُ فِى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جُدْعَانَ حِلْفًا مَا أُحِبُّ أَنَّ لِى بِهِ حُمْرَ النَّعَمِ وَلَوِ أُدْعَى بِهِ فِى الإِسْلاَمِ لأَجَبْتُ 


“Sesungguhnya aku pernah menyaksikan satu perjanjian di rumah Abdullah bin Jud’an. Ia lebih aku suka dari unta merah. Jika aku diajak untuk turut sama menyertai persepakatan serupa, nescaya aku akan menyertainya” 


(as-Sunan al-Kubra, Imam al-Baihaqi, hadis no. 13461. Riwayat ini dikemukakan oleh Imam al-Mawardi dalam kitabnya; al-Ahkam al-Sultaniyah).


Perjanjian di atas dikenali dengan Halful-Fudhul iaitu satu persepakatan yang dibuat oleh beberapa pemimpin dari pelbagai Kabilah Quraiysh yang berpengaruh di Mekah untuk menuntut hak dan keadilan bagi orang-orang yang ditindas di Mekah. 


Perjanjian tersebut berlaku 20 tahun sebelum Nabi Muhammad dilantik menjadi Rasul dan Rasul, iaitu pada zaman Jahiliyah. Perhatikan, bagaimana Rasulullah berhasrat menyertai persepakatan yang baginda sendiri tahu bahawa mereka yang terlibat semuanya bukan Islam. Namun oleh kerana isi persepakatan itu sama dengan apa yang dituntut oleh Islam iaitulah keadilan untuk manusia, maka baginda menyokongnya.


2. Piagam Madinah; Kontrak Sosial


Di antara yang pernah dilakukan oleh Nabi ialah mengadakan Mitsaq al-Madinah (Piagam/Perjanjian Madinah) sebaik baginda tiba di Madinah selepas hijrahnya. Perjanjian/Piagam ini tidak hanya membabitkan orang Islam (Ansar dan Muhajirin), tetapi juga membabitkan orang-orang bukan Islam yang tinggal di Madinah (khususnya golongan Yahudi). Di antara nas yang terkandung dalam piagam tersebut;


“Bahawa orang Yahudi yang menyertai kita mereka mendapat pertolongan dan bimbingan tanpa dizalimi dan tidak boleh ada pakatan yang tidak baik terhadap mereka” 


(nas ke 16. Rujukan; Fiqh al-Harakah, Tn Guru Hj Abdul Hadi, jilid 2, halaman 23).


“Bahawa kaum-kaum Yahudi (dari bani Auf, Bani an-Najjar dan sebagainya) adalah satu umat (warganegara) bersama-sama kaum mukminin. Bagi mereka kebebasan menganut agama mereka dan bagi kaum muslimin agama mereka sendiri. Hak ini meliputi orang-orang yang bersekutu dengan mereka dan untuk diri mereka sendiri, kecuali terhadap orang yang berbuat zalim dan melakukan dosa, maka akibat perbuatannya tidak menimpa melainkan dirinya sendiri dan keluarganya” 


(nas ke 25, kitab yang sama, halaman 23).


3. Nabi menerima perlindungan dari orang bukan Islam


Kisah yang masyhur ialah; Nabi menerima perlindungan bapa saudaranya Abu Thalib yang tidak pernah masuk Islam, memerintahkan golongan mustadh’afin berhijrah ke Habsyah untuk berlindung di bawah pemerintah Najasyi (seorang raja Kristian yang belum memeluk Islam ketika itu, tetapi terkenal dengan sikap adilnya), baginda menerima perlindungan Mat’am bin ‘Adiy ketika pulang dari Taif dan baginda mengizinkan Abu Bakar untuk menerima perlindungan yang ditawarkan oleh Ibnu Daghnah (seorang pemimpin Mekah yang bersimpati dengan Abu Bakar, tetapi tidak memeluk Islam). 


(Rujuk; Fiqh a-Harakah, Tn Guru Hj Hadi, jilid 1, halaman 142-145).


4. Mengadakan perjanjian Hudaibiyah dengan Musyrikin Quraiysh
Berlaku pada tahun ke 6 hijrah (bulan Dzul Qaedah); perjanjian perdamaian di antara Rasulullah dan Quraiysh Mekah. Antara isi utama perjanjian ialah; gencatan senjata selama 10 tahun 


(Rujuk; Fiqh a-Harakah, Tn Guru Hj Hadi, jilid 2, halaman 240).


5. Nabi menjalankan mu’amalah dengan orang bukan Islam
Telah sabit dengan nas yang soheh bahawa Nabi pernah melakukan hal berikut;


a) Menerima hadiah dari orang bukan Islam
b) Meminjam wang dari orang bukan Islam dengan menggadaikan baju besinya.
c) Menziarahi orang bukan Islam yang sakit.
d) Bangun menghormati jenazah orang bukan Islam yang dibawa lalu di hadapannya.


6. Saranan al-Quran dan as-Sunnah supaya kaum muslimin berbuat baik dan berlaku adil kepada orang bukan Islam dan memelihara hak mereka


"Dan tidak Kami utuskan engkau wahai Muhammad melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam" 


(al-Anbiya', ayat 107).


"Allah tidak menegah kamu dari berbuat baik dan berlaku adil (kepada orang-orang bukan Islam) yang tidak memerangi kamu kerana agama kamu dan tidak mengusir kamu dari tanah air kamu. Allah mengasihi orang-orang yang berlalu adil" 


(Surah al-Mumtahanah, ayat 8). 


“Dan jika mereka berdua (yakni ibu dan bapa) mendesakmu supaya engkau mempersekutukan denganKu sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, maka janganlah engkau taat kepada mereka dan bergaullah dengan mereka di dunia dengan cara yang baik…” 


(Surah Luqman, ayat 15)


Diceritakan dalam hadis bahawa Asma’ binti Abu Bakar, tatkala datang kepadanya ibunya yang masih kafir (musyrik) untuk mengikat hubungan, ia (yakni Asma’) bertanya Nabi; “Ya Rasulullah, perlukah aku mengikat hubungan dengan ibuku itu?”. Nabi menjawab; “Ikatlah hubungan dengannya”. 


(HR Imam al-Bukhari dan Muslim)


CADANGAN
Melihat kepada amalan Rasulullah di atas, saya mencadangkan;


1. Aspek-aspek dalam jamaah yang ada kaitan dengan persoalan bithanah dan wala' (antaranya soal kepimpinan tertinggi, ahli permesyuaratan atau majlis Syura, keanggotaan jamaah, dalam menentukan halatuju jamaah dan sebagainya) tidak perlu dilibatkan orang bukan Islam. Ia hendaklah khusus kepada orang beriman sahaja sebagai mengambil contoh dan tauladan dari amalan Nabi tadi.


2. Aspek-aspek yang membabitkan hak rakyat, keadilan, kesamarataan, membenteras penyelewengan, mencari alternative pemerintahan terbaik dan sebagainya; inilah ruang yang terbuka luas untuk kita mengadakan kerjasama dan pakatan dengan sesiapa sahaja yang memperjuangkan hak dan keadilan termasuk dengan orang bukan Islam selagi tidak melanggar batasan Syariat (al-Quran dan as-Sunnah).


3. Kesimpulannya; tidak usahlah kita membuka kepimpinan Jamaah kepada orang bukan Islam kerana ia bercanggah dengan ayat-ayat walak dan bithanah tadi, sebaliknya kita mengeratkan kerjasama dan pakatan dengan mereka dalam mewujudkan amalan politik dan pemerintahan yang bersih dan adil untuk semua rakyat Malaysia. 


PAS mesti dikekalkan sebagai Parti yang 100% berjiwa dan berwajah Islam (dalaman dan luarannya) dan pada masa yang sama ia membuka ruang ta’awun (kerjasama) dan tahaluf (pakatan) yang seluas-luasnya dengan siapa sahaja yang memperjuangkan keadilan selagi tidak melanggari Syariat.
Published with Blogger-droid v2.0.4

Thursday, March 01, 2012 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0

Friday, February 10, 2012

Hang Tuah Sebenarnya 9 Bersaudara: NEW DISCOVERY OF HANG TUAH


MALAYSIA - NEW DISCOVERY

Putrajaya, 19 January. The controversy over the existence of Hang Tuah and his friends can be finally put to rest with MNN’s recent research findings that positively confirm that the five were not a myth.

MNN’s history researchers, Dr Kultip Singh (who resides in Bukit Bruang) and Dr Robiah Yassin, after 8 hours of meticulous research based on documents from the archives in Portugal, China, India, Egypt and Bangladesh, have discovered that Hang Tuah and his friends did actually live in 15th century Malacca. Most importantly the MNN research also has revealed that Hang Tuah had 8 friends, not 4 as previously assumed and their lives were much more interesting than what has been described in history books.

According to Dr Kultip Singh “we are disappointed with Professor Khoo’s statement that Hang Tuah was a myth. Khoo should have done his homework better. The archives in Bangladesh alone have volumes of documents on him while the three papyrus scrolls that were discovered in the Egyptian Temple of Karnak had described him and his roles pretty accurately. We have rummaged through the ancient letters from the 15th century Hang dynasty in China and the 15th – 16th century Koli Pi dynasty in India – all of them described Hang Tuah and his 8 friends extensively”.

Dr Robiah Yassin, who was formerly the curator at the National Museum, explained further. “Our findings, while confirming the existence of Hang Tuah and his friends, also demonstrate that most of the past historical accounts were wrong. All our history books are grossly wrong. We need to rewrite our books so that the rakyat will know the true history of Hang Tuah and his 8 friends”.

Monyet News Network has learnt that the recent findings include :

1.Besides Tuah, Jebat, Kasturi, Lekir and Lekiu, the other four were Hang Gerampi, Hang Senesi, Hang Silipi and Hang Hapi. It is not clear why the latter four do not appear in most historical accounts. The 9 were friends, not brothers as some historians have claimed.

2.All of them were employed by Sultan Mansur Shah to take care of security. The Portugese records show that all 9 were Nepali Gurkhas. DNA analysis confirms that the nine are also the ancestors of all the Nepali guards in Malaysia. [There is archaeological evidence of a large building on the left bank of Malacca river, believed to be the then Nepali embassy].

3.All nine were proficient in martial arts and were said to be well-trained in the ways of the Force. Hang Tuah and Hang Gerampi are said to have the highest midiclorian counts.

4.Although historical records give emphasis toTuah, Jebat, Kasturi, Lekir and Lekiu, it now appears that Gerampi and Hapi were most trusted by Sultan Mahmud. Gerampi and Hapi were assigned to guard the Sultan’s harem of 120 concubines.

5.There is a reference to Hang Gerampi having an illicit affair with Dayang Rosmah Kemboja, one of Mahmud’s concubines.

6.Sultan Mahmud put Hang Senesi and Hang Silipi in-charge of the palace administration and finance – and Chinese records say that the duo were excellent administrators. Hang Senesi is credited to having introduced the famous kopio money tax system

6.Hang Silipi was a known homosexual. The Portugese records state “Silipi is a fine man except for his penchant to be intimate with other men”. Despite knowing this fact, Sultan Mahmud kept Silipi because of his excellent administrative skills. The Portugese records also mention about an affair between Hang Silipi and Alfonso de Albuqerque.

7.During the so-called Portugese invasion in 1511 (now proven that it was actually a Bangladeshi coup), Hang Gerampi and Hang Hapi were killed trying to defend the Sultan’s harem. There is a monument near Bukit Beruang (in modern day Melaka) dedicated to them.

8.Hang Senesi and Hang Silipi visited the Imperial Palace of the Ming Emperor in 1470 and spent 2 years studying Chinese medicine, astronomy and cuisine. Upon returning to Malacca in 1472, they, without the knowledge of the Sultan, set up the first Chinese seafood restaurant on the banks of Malacca river.

9.There are records of Hang Hapi visiting the Koli Pi dynasty in southern India between 1460 and 1463. The artifacts unearthed near Tanjavoor in present day Tamil Nadu tell the story of a young warrior from Malacca named Haa Pee visiting the palace of the King Vellusamy II in 1460. Although records are scanty, it is believed that Hang Hapi was sent by Sultan Mahmud to Tanjavoor to purchase curry powder.

10.Portugese records show that Hang Tuah did not kill Hang Jebat. Jebat died of complications arising from diabetes.

MNN’s history research department hopes that with these findings, the controversy over Hang Tuah will be laid to rest. We have a lot of work to do to incorporate the new findings into our history books.

MNN’s history research team has forwarded their findings to the Prime Minister’s office. These findings are expected to be tabled at the next Cabinet meeting. MNN expects sparks to fly.

Friday, February 10, 2012 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 1

Surat terbuka untuk Dr Hassan Ali


Hasan Ali disaran berdakwah tanpa bayaran - Malaysiakin

Hasan Ali disaran berdakwah tanpa bayaran
  • Dr Maszlee Malik | 8:38AM Feb 10, 12
  • YB Datuk Hasan Ali yang saya hormati,

    Saya kira tidak perlulah saya perkenalkan diri saya memandangkan Datuk merupakan tokoh dan sahabat yang saya kagumi. Saya kira, Datuk juga tetap menganggap saya sebagai kenalan rapat Datuk sekeluarga.

    NONESecara ikhlas, saya mula mengkagumi Datuk sebagai motivator semenjak saya di bangku sekolah lagi, sehinggalah Datuk menceburkan diri ke dalam bidang politik. Walau bagaimanapun kekaguman saya tidaklah menjadi penghalang untuk saya menyatakan sedikit pandangan terhadap pendirian Datuk mutakhir ini berdasarkan neraca ilmu dan keadilan.

    Kesedaran bahawa apa yang telah Datuk lemparkan kepada mantan parti Datuk sendiri, iaitu PAS, di dalam kenyataan-kenyataan Datuk di media dan juga lewat ceramah-ceramah Datuk yang bercanggah dari amanah keilmuan dan kebenaran, maka saya terdorong untuk menulis surat terbuka ini.

    Sebagai ahli akademik yang mengkaji bidang gerakan Islam, politik Islam dan juga Usul al-Fiqh, saya berasa terpanggil untuk mengarang surat terbuka ini kepada Datuk untuk menilai beberapa kenyataan Datuk dari pertimbangan ilmu dan kacamata ilmiah di dalam bidang pengkajian saya.

    Saya kira tulisan surat terbuka saya sebagai ahli akademik ini adalah sebagai tanggungjawab saya kepada kejujuran terhadap disiplin ilmu yang saya pikul dan bukannya sebagai ahli politik.
    Islam moderat

    Saya bukanlah ahli parti PAS, yang tampil untuk membela PAS dari serangan Datuk. Maka saya bertegas menyatakan apa yang saya tulis ini hanyalah semata-mata pendangan orang luar dan ahli akademik yang neutral dan tidak berpihak, baik kepada Datuk mahupun kepada parti PAS yang telah memecat Datuk.

    NONESaya kira Datuk mungkin telah maklum dengan pencapaian gerakan-gerakan Islam moderat di utara Afrika seperti Ikhwan Muslimun di Mesir, parti Ennahda di Tunisia, parti keadilan dan pembangunan (PJD) di Morocco dan juga parti-parti Islam lain selepas kebangkitan rakyat (Arab Spring).

    Kemenangan semua gerakan-gerakan tersebut secara empirikalnya seperti yang telah dianalisis oleh pakar politik di rantau berkenaan merujuk kepada tiga perkara utama: ‘Wacana Islam moderat yang segar’; Kesediaan ‘perkongsian kuasa’ (power sharing); dan juga ‘pengaruh di kalangan rakyat’ melalui jaringan kerja kebajikan dan juga pendidikan yang menyeluruh, berterusan serta meluas.

    Apa yang dimaksudkan dengan wacana moderat yang segar ialah kemampuan gerakan-gerakan tersebut untuk menawarkan apa yang diperlukan oleh rakyat dan apa yang diperlukan oleh sesebuah Negara di dalam pendekatan mereka.

    egypt revolution mubarak steps down huge crowd 1Wacana moderat juga telah memperlihatkan bagaimana gerakan-gerakan Islam, tidak lagi memaksakan apa yang mereka mahukan atau percaya ke atas rakyat tanpa kerelaan majoriti. Maka, di dalam wacana baru mereka, gerakan-gerakan Islam tidak lagi menawarkan retorik ‘Dawlah Islamiyyah’ (Negara Islam) yang agak bersifat utopia dan tidak tentu apakah modelnya.

    Mereka juga tidak menawarkan hukuman jenayah Islam ‘secara paksaan’ seperti yang pernah dilakukan oleh Taleban di Afghanistan, sebelum keadaan ekonomi dan kebajikan yang kondusif disediakan di dalam negara mereka.

    Mereka juga tidak mempamerkan diri sebagai penghukum, tetapi mereka muncul sebagai pembawa harapan, pejuang kebebasan dan pelaksana keadilan setelah rakyat ditindas dan dizalimi selama berdekad-dekad lamanya oleh para diktator.
    Proses kematangan

    Perkara ini telah membuatkan ramai dari kalangan pengkaji di barat telah mula mengatakan bahawa golongan ini telah merubah sikap dan prinsip mereka, lantas menggelar fenomena ini sebagai post-Islamism (pasca-Islamisme).

    Saya konsisten untuk tidak menyokong istilah pasca-Islamisme yang sarat dengan makna neo-kolonialisme. Hakikatnya gerakan-gerakan Islam yang terlibat tidak pernah merubah prinsip.

    Mereka juga tidak meninggalkan landasan perjuangan, apatah lagi mengubah pendirian. Apa yang berlaku ialah proses kematangan gerakan-gerakan terlibat untuk melihat Islam dalam kerangkanya yang lebih luas dan komprehensif. Kejayaan beberapa individu berlatarbelakangkan Islamis di Turki melalui agenda neutral AKP, telah menjadi sumber inspirasi gerakan-gerakan tersebut.

    pas middle east conflict protest demo 290607 womenWacana ini juga bertunjangkan konsep Maqasid al-Shariah dan melihat ajaran Islam dari aspek yang holistik, terutamanya aspek moral dan keadilan. Gelombang perubahan pada pendekatan inilah yang telah melanda kebanyakan gerakan Islam di seluruh dunia mutakhir ini, tidak ketinggalan PAS yang Dato pernah sertai dahulu.

    Gelombang ini sekaligus melenyapkan pengaruh model Iran yang pernah mendominasi wacana gerakan-gerakan Islam sedunia dengan melaungkan pembinaan sebuah republik Islam dan juga pemerintahan mutlak golongan agama (Wilayatul Faqih).
    Bapa parasit
    Realitinya kini, gerakan-gerakan Islam moderat yang wujud lebih memilih ruang demokrasi untuk membawa perubahan. Mereka juga melaungkan pembentukan negara sivil milik semua warga dengan menjamin kebebasan politik, penegakan keadilan, hak upaya masyarakat sivil, hak wanita, tatakelola yang baik, kebajikan rakyat yang terpelihara, ekonomi yang lebih berdaya saing serta bebas dari korupsi, pecah amanah dan rasuah, serta perkongsian kuasa bersama rakyat dari segala lapisan dan kumpulan.

    NONEMenurut kajian saya ke atas wacana baru PAS, terutamanya melalui konsep ‘Negara Berkebajikan’, PAS juga tidak terlepas dari arus perubahan ini. Jika Datuk merasakan pendekatan baru PAS ini bermakna PAS telah meninggalkan perjuangan Islamnya, saya kira Datuk tersilap.

    Perubahan pada PAS bukanlah kerja parasit sepertimana yang Datuk dakwa, tetapi ia merupakan satu dinamisme tabi’i bagi sebuah gerakan Islam yang matang. Jikalaulah parasit yang telah menyebabkan perubahan pada PAS, maka pastinya kesemua gerakan Islam di Utara Afrika dan Asia Barat, termasuk Ikhwan Muslimin di Mesir dan juga parti Ennahda juga telah dilanda parasit.

    Timbul dilemma di dalam pemikiran saya, apakah pemimpin dan tokoh ideolog gerakan Islam sedunia, Rashid Ghannoushi yang telah mencetuskan wacana gerakan Islam yang baru itu juga telah dijangkiti parasit? Apakah mungkin Datuk ingin mengatakan bahawa Rashid Ghannoushi yang merupakan sumber inspirasi perubahan fikrah pada gerakan-gerakan Islam moderat sedunia itu pula merupakan bapa parasit?
    Ditakuti Umno

    Yakinlah Datuk, sepertimana gerakan-gerakan tersebut telah berjaya mendapatkan majoriti undi di dalam pilihanraya di negara-negara mereka kerana pendekatan baru ini, PAS juga sedang meniti langkah tersebut.

    NONEInilah yang ditakuti oleh Umno dan kerajaan BN. Pihak lawan tidak mahukan PAS mendapat sokongan majoriti masyarakat Islam dan bukan Islam di Malaysia. Pihak lawan mahu PAS kekal sebagai parti kampung milik Pak Lebai dan Pak Haji.

    Pihak lawan juga tidak mahu PAS bangkit sebagai parti milik semua rakyat Malaysia, mereka lebih selesa PAS dikenali sebagai parti ekstrimis dan fundamentalis yang hanya tahu memotong tangan orang sahaja. Hanya dengan wacana Islamis global yang baru ini sahajalah niat buruk mereka akan terhalang.

    Malang sekali apabila Datuk pula yang mula bercakap senada dan seirama dengan pihak lawan menentang perubahan pada PAS. Lebih malang lagi kini Datuk menjadi suara pihak lawan untuk memaksa PAS kembali ke kerangka persepsi lama rakyat terhadap mereka yang telah dilelong oleh pihak Umno dan BN.

    NONESaya yakin, di dalam PAS masih terdapat segelintir yang termakan umpan Datuk lantas mempercayai kewujudan parasit. Mereka ini golongan yang ikhlas tetapi hanya kurang mendapat pendedahan terhadap dunia luar sahaja.

    Ada di antara mereka juga yang berkepentingan, lantas menggunakan hujah Dato’ untuk kekal berpengaruh, tetapi saya yakin mereka ini teramat kecil bilangannya. Melalui pengamatan saya, PAS akan terus menggalas harapan rakyat dan juga kefahaman Islam yang sebenar berteraskan wacana baru gerakan Islam sedunia untuk menempuh hari muka mereka.
    Gelombang perubahaan

    Seperkara yang perlu Datuk ketahui, wacana baru gerakan Islam moderat ini juga telah mendapat restu dari para ulama terkemuka seperti Dr Yusuf al-Qaradawi, Dr Tawfiq al-Wa’ie, Dr Rashid al-Ghannoushi. Amat kasihan kerana Dato’ tidak dapat bersama lagi dengan realiti baru ini.

    Apabila melihat kepada isu ‘Negara Berkebajikan’ pula, pada hemat saya, setelah meneliti dokumen ‘Negara Berkebajikan’ PAS dan membandingkannya dengan manifesto parti-parti Islam moderat lain di dunia Arab, saya mendapati PAS ternyata senada dengan mereka yang telah berjaya di negara masing-masing.

    NONESaya berkeyakinan gagasan ‘Negara Berkebajikan’ merupakan satu langkah drastik PAS di dalam membawa perubahan dan menyuarakan persiapan mereka untuk muncul sebagai alternatif kepada parti pemerintah yang sedia ada. Prinsip-prinsip konsepsual ‘Negara Berkebajikan’ yang dibentangkan di dalam dokumen tersebut dan juga cadangan mekanisme perlaksanaannya merupakan satu anjakan paradigma bagi sebuah gerakan dakwah dan parti politik yang telah matang seperti PAS.

    Jelas sekali PAS sudah melayakkan dirinya untuk menyertai gelombang perubahan yang melanda gerakan Islam di seluruh dunia dengan membuktikan bahawa golongan Islamis mampu dan bersedia untuk berkongsi kuasa dan memerintah di dalam kerangka demokrasi dan tatakelola yang baik. Malangnya, hal ini tidak disambut positif oleh Datuk, malah dipandang sinis.

    Melihat kepada isu hudud yang Datuk anggap telah ditinggalkan oleh PAS, saya kira itu juga agak kurang tepat. Sebagai sebuah parti Islam, saya berpendapat PAS dilihat amat konsisten memperjuangkan apa yang mereka yakini, iaitu kewajipan melaksanakan hukum hudud.
    Memaksakan hudud

    Apa yang menarik ialah pendekatan PAS yang terbuka untuk membicarakan isu tersebut di ruang umum dan bersedia untuk meyakinkan rakyat melalui proses pendidikan dan dakwah adalah sesuatu yang patut dihargai.

    NONEApa yang saya dapati melalui metod obervasi ke atas ruang ‘discursive’ PAS selama ini, PAS tidak memilih untuk memaksakan hudud ke atas orang lain secara kekerasan. Malah di dalam banyak kenyataan PAS, mereka bersedia untuk mendengar suara majoriti di dalam melaksanakan hukum jenayah Syariah itu.

    Pendekatan diplomasi PAS ini harus dihormati kerana ia mencerminkan sikap professionalisme PAS dan keterbukaan para pimpinannya. Saya kira kerana sikap konsisten PAS inilah yang menyebabkan parti itu telah berjaya meraih sokongan ramai bukan Islam melalui ‘Kelab Penyokong PAS’.

    Akhirkata, jika Datuk benar-benar ingin memperjuangkan aqidah dan memerangi gejala murtad yang dikatakan sebagai mengancam umat Islam di Selangor, saya mempunyai pelan tindakan yang boleh Datuk lakukan berdasarkan kekuatan yang ada pada diri Datuk.
    Turun padang tanpa bayaran
    Sebagai seorang motivator yang begitu meyakinkan dan berupaya bermain dengan emosi orang ramai, saya rasa sudah sampai waktunya Datuk untuk turun padang bertemu dengan mereka yang didakwa murtad berdasarkan senarai yang rakan-rakan Datuk miliki.

    Mungkin juga Datuk boleh menggunakan kemahiran tersebut juga untuk berdakwah kepada mat-mat rempit, tahi dadah, remaja berpeleseran yang terdapat di dalam negeri Selangor secara sukarela tanpa sebarang bayaran.

    himpun rally hasan ali speaking 2Jika dulu mungkin Datuk sibuk dengan tugas exco, kini Datuk lebih mempunyai waktu lapang. Buktikanlah kata-kata Datuk yang ingin menjaga aqidah itu.

    Saya kira Datuk juga boleh berdakwah di Hard Rock Café menyeru umat Islam agar bertaubat dan menghayati agama Islam. Saya pasti pemilik Hard Rock Café tidak akan menghalang kerja murni Datuk itu.

    Saya yakin 10,000 atau lebih orang yang turut berHIMPUN bersama Datuk untuk menyelamatkan aqidah umat Islam boleh Datuk kerahkan dari seluruh negara untuk sama-sama turun padang demi menyelamatkan aqidah umat Islam secara praktikal.

    Saya amat meyakini, jika Datuk berdakwah seperti itu, Datuk akan tetap dikenang kawan ataupun lawan sebagai ‘pejuang aqidah yang sebenar!’.

    Penulis adalah ahli akademik politik warga UIAM.ULASAN ini adalah pendapat peribadi penulis dan tidak semestinya melambangkan pendirian rasmi sidang pengarang Malaysiakini.

Friday, February 10, 2012 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0

Thursday, September 29, 2011

Ulasan Prof Aziz Bari- Hudud di Kelantan


Selepas melawat Kelantan dan memberi taklimat kepada Menteri Besar Kelantan Datuk Nik Aziz Nik Mat, semalam serta mendengar sentimen daripada akar umbi, saya kini boleh meluahkan perkara berikut; yang masyarakat di luar Kelantan tidak boleh menghargai.

Saya akui bahawa apa yang saya lihat dan dengar semasa lawatan singkat itu telah mengubah perspektif saya mengenai isu berkenaan.

1. Hudud adalah tuntutan/hasrat rakyat Kelantan. Tok Guru berada di bawah tekanan dan saya fikir mereka sanggup mengadakan referendum atau pungutan suara bagi tujuan itu.

Berdasarkan sentimen ini, pemimpin Umno di Kelantan mengutuk Perdana Menteri Datuk Seri Najib Razak kerana menolak hukum hudud yang secara tidak langsung membawa makna Umno boleh gulung tikar di negeri itu.

2. Seminar yang dianjurkan itu bukanlah sesuatu yang baru, saya pernah menjadi ahli panel untuk acara Hari Hudud pada tahun-tahun sebelumnya. Ini adalah program tahunan walaupun sebelum Pakatan diwujudkan.

Bagaimanapun bagi tahun ini, media-media milik Umno telah memutar-belitkan isu itu atas sebab-sebab yang jelas: pilihan raya dan berharap ia dapat mengkucar-kacirkan Pakatan. Sebelum ini, Umno langsung tidak mempedulikan Hari Hudud.

NONE3. Tetapi saya berpendapat Najib membuat langkah yang salah. Dengan menolak pelaksanaan hukum hudud, beliau berfikiran bahawa boleh mendapatkan sokongan dan undi masyarakat bukan Islam.

Tetapi Tok Guru bukan bodoh. Mereka mempunyai laman Facebook sendiri dan berdasarkan maklum balas yang diterima, PAS yakin bahawa Umno kini tergugat atau terdedah di kawasan Melayu/Islam. Berdasarkan sambutan di Facebook, tidak ada jaminan bahawa mereka akan mendapat undi bukan Islam. DAP juga membuat kesilapan di sini.

4. Tok Guru telah menyatakan dengan jelas: hudud adalah hanya untuk Kelantan sahaja dan untuk orang Islam. Jadi apa masalah?

Saya telah berkata bahawa dari segi perlembagaan negara, ini tidak ada masalah. Masalahnya adalah dengan pengerusi DAP Karpal Singh dan parti itu yang yang berpegang pada keputusan mahkamah yang hakim itu sendiri - Tun Salleh Abas - mendakwa berlaku kesilapan.

azlanDan juga, apa yang DAP perkatakan bukan sahaja merupakan satu pandangan yang hanya betul. Ia hanya pendapat. Tidak ada kebenaran mutlak dalam hal ini.

Perkara yang paling penting untuk difahami adalah bahawa perlembagaan tidak melarang pemakaian undang-undang Islam. Malah Najib sendiri mengakui perkara itu sudah ada dalam sistem sekarang. Kini, PAS boleh berkata kepada PM: lakukannya.

5. Najib seolah-olah mengulangi apa yang saya katakan selama ini; bahawa unsur-unsur hudud sudah ada dalam sistem di negara ini.

Persoalannya jika demikian, mengapa menentang PAS berhubung isu itu? Umno sepatutnya membantu dan bukannya menjadi halangan. Atas alasan itu, saya katakan Umno berada dalam bahaya kehilangan undi orang Melayu beragama Islam dalam usaha mereka merayu mendapatkan sokongan masyarakat bukan Islam.

malay and english newspaper report on hudud 231208Dan masyarakat bukan Islam tidak semestinya mempercayai apa yang dilaporkan oleh media mereka setakat ini. Cuba perhatikan apa yang PAS akan lakukan mulai hari ini berhubung isu berkenaan.

6. Tidak timbul persoalan mengubah dasar Pakatan, seperti yang didakwa oleh Ketua Menteri Pulau Pinang, LimGuan Eng yang juga adalah setiausaha agung DAP.

Hukum hudud adalah hanya untuk Kelantan dan untuk umat Islam. Malah di Kedah, PAS mempunyai dasar yang berbeza. Menteri Besar Datuk Seri Azizan Razak tegas berkata hukum hudud tidak akan dilaksanakan di negeri pimpinan PAS itu.

Nampaknya DAP cuba membuktikan bahawa mereka mendahului MCA dan Gerakan dalam usaha menentang hudud. Mereka terlepas pandang hakikat bahawa Nik Aziz hanya mendengar dan bertindak mengikut sentimen akar umbi di negeri itu.

hududYang DAP lihat dari perspektif ini - sama seperti Umno, MCA dan Gerakan - mengambil pendekatan tidak demokratik. Mereka menolak hudud walaupun ia tuntutan orang ramai dan permintaan seumpama itu dibenarkan oleh perlembagaan.

Di Kelantan, PAS dengan yakin mengisytiharkan bahawa mandat untuk memerintah termasuk mandat untuk melaksanakan hudud. Jadi, pada dasarnya, ini adalah mengenai menghormati permintaan ramai dan bukannya semata-mata melaksanakan hukum hudud atau mengkhianati rakan-rakan Pakatan.

Kita harus ingat bahawa permintaan hudud di Kelantan dilakukan melalui saluran demokrasi. Ini adalah apa yang Umno, DAP, MCA dan Gerakan perlu sentiasa ingat.

azlan7. Saya bersetuju dengan Tok Guru bahawa tiada perubahan dalam sistem atau di dalam polisi. Ia hanya melakukan sesuatu yang boleh didapati dalam kerangka sistem sedia ada . Tetapi sudah tentu beliau menyedari bahawa ini hanya boleh menjadi kenyataan dengan kerjasama dari Umno.

Akta Mahkamah Syariah yang akan mengekang kuasa mahkamah syariah selama ini perlu dimansuhkan dan juga bagi membolehkan agensi-agensi persekutuan seperti polis dan sebagainya menjalankan tugas mereka di sisi undang-undang.

Jika Umno menolak melakukan ini, maka PAS boleh mencanangkan perkara ini ke seluruh negara bagi mendedahkan tembelang sebenar Umno. Selama ini, Umno telah melakukan pelbagai perkara untuk membuktikan bahawa mereka adalah pembela dan pejuang Islam yang sebenar. Antara contohnya, seperti serbuan gereja di Selangor, isu kepala lembu dan sebagainya.

NONEApabila Najib menolak hukum hudud, beliau sebenarnya telah merosakkan semua kerja keras parti dan ahli-ahli Umno lakukan selama ini.

8. Saya fikir PAS bersedia bertarung pada pilihan raya umum akan datang tanpa DAP. Mereka masih mempunyai PKR dan Dewan Perhimpunan Penyokong PAS (DHPP) mereka sendiri.

Saya tidak pasti jika DAP, MCA dan Gerakan benar-benar mewakili masyarakat bukan Islam. Masalah dengan parti-parti Cina adalah kerana mereka berfikiran hudud tidak boleh diterima meskipun perlembagaan tidak menyatakan demikian.

NONEGolongan berkecuali atau atas pagar di kalangan masyarakat bukan Islam saya fikir adalah rasional, mereka tidak bimbang, khususnya selepas Tok Guru memberi jaminan bahawa hukum hudud akan hanya dilaksanakan di Kelantan dan untuk umat Islam sahaja.

9. Umat Islam liberal? Undang-undang adalah jelas. Malah, sekarang pun, mereka tertakluk kepada undang-undang Islam. Mereka tidak mempunyai hak untuk memilih apa undang-undang.

Perlembagaan negara telah menyatakan dengan jelas bahawa di bawah Artikel 8 (5) bahawa hak sama-rata tidak boleh diguna-pakai. Sebagai contoh, jika orang Islam yang mempunyai hubungan seks dengan persetujuan orang bukan Islam, maka dia akan menghadapi tindakan manakala rakan bukan Islam akan terlepas dan dibebaskan.

nik aziz and anwar selangor anti fitnah tour10. Nik Aziz berkata, beliau ingin cuba melaksanakan hukum hudud di Kelantan sekarang kerana majoriti umat Islam di negeri itu telah memberikannya mandat. Negeri-negeri lain, katanya, hanya perlu menunggu dan melihat bagaimana Kelantan melakukannya. Jika ia 'baik' dan berjaya, mereka boleh melakukan perkara yang sama.

11. NGO seperti kumpulan pendesak Melayu, PERKASA, Pembela Islam dan yang lain perlu menyokong Kelantan dalam isu ini. Jika tidak, mereka menghadapi risiko dilabel sebagai boneka atau barua Umno semata-mata.

NONEPakar perlembagaan Prof Dr Abdul Aziz Bari adalah pensyarah di UIAM.
Tulisan ini adalah pendapat peribadinya dan tidak semestinya mencerminkan pendirian sidang pengarang Malaysiakini.

Thursday, September 29, 2011 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0

Tuesday, June 01, 2010

Kenyataan Akhbar PAPISMA: Serangan Askar Yahudi ke atas kapal sukarelawan LifeLine4Gaza


PAPISMA mengutuk sekeras-kerasnya serangan yang telah dilakukan oleh tentera Zionis Yahudi keatas kapal sukarelawan misi kemanusiaan LifeLine4Gaza pada 31hb Mei 2010. Sesungguhnya perlakuan biadap dan tidak berperikemanusiaan ini telah mencemar tamaddun kemanusiaan sejagat. Walau apa bangsa atau agama sukarelawan yang telah diserang, PAPISMA dengan sepenuh hati menyeru seluruh dunia agar bersama-sama menentang kezaliman ini. PAPISMA juga menyeru agar OIC mengambil peranan yang proaktif bagi menangani kemelut ini dan berusaha bersungguh-sungguh membebaskan semua sukarelawan yang telah ditangkap.
Berikut adalah nama-nama rakyat Malaysia yang menyertai Misi Talian Hayat Untuk Gaza (LL4G) yang berada di atas kapal penumpang “Mavi Marmara” milik IHH, Turki ketika diserang oleh komando laut Israel di perairan antarabangsa: Tn Hj Noorazman bin Mohd Samsuddin, HALUAN Palestin; Dr Mohd Arbai’e bin Syawal, HALUAN Palestin; Dr Syed Muhammad Haleem bin Syed Hasan al-Haddad, HALUAN Palestin; Ust Al-Hami Husain bin Suhaimi, HALUAN Palestin; Mohd Nizam bin Mohd Awang, HALUANPalestin; Ust Hasanuddin bin Mohd Yunus, Aqsa Syarif; Tn Hj Jamuliddin bin Elias, Yayasan Amal Malaysia (AMAL MALAYSIA); Dr Selamat bin Aliman, Jemaah Islah Malaysia (JIM); Abdul Halim bin Mohd Redzuan, Muslim Care; Mustafa bin Mansur, MAPIM; Ashwat bin Ismail, Wartawan ASTRO AWANI dan Shamsul Kamal Latif, Juru kamera ASTRO.
PAPISMA menyokong penuh usaha sukarelawan ini menyampaikan bantuan kemanusiaan bagi meringankan bebanan yang ditanggung oleh rakyat di segmenting Gaza. PAPISMA mengharapkan semua keluarga sukarelawan bersabar dan memperbanyakkan doa agar semuanya selamat.PAPISMA menyeru seluruh umat Islam Malaysia bermunajat kepada Allah samada melalui solat hajat atau dengan apa cara sekalipun sehinggalah bantuan dari Allah tiba.

Dr Suhazeli bin Abdullah
Presiden PAPISMA 08-10

Tuesday, June 01, 2010 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0

Saturday, March 20, 2010

Pendedahan Zahrain Bukti Ada Pihak Cuba gugat Keamanan Negara



KOTA BAHARU: Pendedahan Anggota Parlimen Bayan Baru, Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim mengenai usaha Datuk Seri Anwar Ibrahim mengambil alih kerajaan pada 16 Sept tahun lepas, menunjukkan ada pihak cuba menggugat keamanan negara melalui taktik-taktik kotor dan tidak mengikut amalan demokrasi negara...Baca lagi

Saturday, March 20, 2010 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0

Friday, February 26, 2010

Ekonomi Negara Semakin Pulih.



Saya menarik nafas lega di atas pengumuman yang telah dibuat oleh Perdana Menteri Malaysia bahawa ekonomi negara sudah pulih.
Sejak sebulan dua ini saya agak rimas bertemu pesakit kerana terdapat beberapa ubat yang tidak dapat diberikan sepenuhnya kepada pesakit kerana penjimatan yang dianjurkan oleh kerajaan.
Sekurang-kurangnya dengan pengumuman ini, bolehlah memberi harapan kepada pesakit untuk mendapatkan ubat mereka yang tertangguh tempoh hari.

Friday, February 26, 2010 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0

Thursday, January 21, 2010

Majlis perundingan agama



Isu Inter Faith Council [Majlis perundingan agama] dibangkitkan kembali setelah isu kalimah Allah menjadi polimik besar dalam negara. Matlamat penubuhan IFC adalah ingin membincangkan isu-isu sensitif antara agama dalam bentuk muafakat sesama cendikiawan agama. Sekali imbas ini dilihat sebagai satu langkah murni untuk membetulkan keadaan gawat dalam negara. Akan tetapi dari satu sudut yang lain penubuhan majlis ini akan menyamaratakan semua agama yang ada termasuk Islam. Segala keputusan yang akan dicapai nanti mesti mendapat persetujuan majlis ini dahulu. Ini akan menafikan Islam sebagai penentu tertinggi dalam negara ini. Justeru penubuhan majlis perundingan agama mesti ditolak.
Apa yang boleh dilakukan adalah mengadakan dialog antara agama. Disinilah para cendikiawan bersemuka dan berhujah secara ilmiah.

Thursday, January 21, 2010 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0

Sunday, January 10, 2010

Harga sekilo gula dan kencing manis


Maka gegak gempitalah seluruh pelusuk negara bahawa harga gula telah naik. Kenaikan ini tidak dapat dielakkan kerana kos-kos tertentu yang semakin meningkat. Arakian dijemputlah para bijak pandai dan cendikiawan untuk mengulas isu ini. Ada cerdik pandai kita membuat hipotesis bahawa kencing manis meningkat di negara ini akibat dari harga sekilo gula yang murah. Justeru, dengan peningkatan harga sekilo gula ini akan mengurangkan kadar pengidap kencing manis pada masa depan. Sekaligus boleh mengurangkan bebanan rakyat jelata bagi berubat kencing manis itu.

Sunday, January 10, 2010 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0

Saturday, January 09, 2010

Isu kalimah Allah dan kesempatan musuh Islam


Kalimah Allah adalah ucapan yang paling banyak disebut diseluruh dunia. Setiap muslim sudah pasti menjadi zikir harian mereka kalimah suci ini. Tidak dinafikan bahawa penganut kristian juga sekali sekala menggunakan kalimah Allah dalam ucapan dan penulisan mereka. Malah dakwaan mereka bahawa penggunaan kalimah ini sudah sekian lama dalam kitab-kitab mereka.

Al Quran menegaskan dalam beberapa ayat bahawa orang-orang kafir mengakui Allahlah pencipta seluruh langit dan bumi

"Sekiranya kamu bertanya mereka (orang-orang kafir), siapakah yang menjadikan langit-langit dan bumi, nescaya mereka mengatakan Allah. Katakan (wahai Muhammad): Segala puji bagi Allah. Bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui." Maksud Surah Luqman:25

Kafir zaman Nabi adalah sama taraf kekafirannya dengan kafir zaman sekarang. Mereka tetap mempercayai secara Rububiyyahnya bahawa Allah adalah tuhan. Cuma mereka mensyirikkan Allah dengan tambahan Tuhan bapa, tuhan anak dan ruhul qudus. Selain dari itu mereka tidak mengakui Nabi Muhammad adalah Rasul terakhir. Inilah perbezaan nyata antara Islam dan Kafir.

Apa reaksi kita? Sepatutnya kita mesti bersifat menerang bukannya menentang.

Jika kita bersifat antagonis, sehingga melakukan sesuatu yang merosakkan keharmonian hidup bermasyarakat, maka akan timbul beberapa konsekuen negatif terhadap agama Islam itu sendiri.

Orang bukan Islam akan menganggap Islam adalah penganjur keganasan. Yang paling ditakuti adalah mungkin orang bukan Islam akan menjalankan provokasi tertentu yang akan memburukkan lagi keadaan. Sepertimana yang berlaku kepada jemaah Islam timur tengah, di mana provokasi yang dilakukan oleh pihak musuh mengakibatkan ramai pemimpin Jemaah Islam ditangkap dan jemaah mereka diharamkan.

Sama-sama kita fikirkan.

Saturday, January 09, 2010 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 1

Tuesday, April 14, 2009

SEJARAH PARTI ISLAM SEMALAYSIA (PAS)


**klik di sini untuk Muat Turun dalam bentuk PDF

Kejayaan cemerlang PAS dalam pilihan raya umum ke-12 pada 2008 telah meletakkan PAS sebagai sebuah parti pembangkang utama yang dilihat oleh rakyat berupaya mengambil alih pemerintahan negara. Semenjak 1990, PAS telah melangkah maju daripada sebuah parti pembangkang yang dianggap ‘ekstrem’ menjadi sebuah parti pemerintah yang moderat dalam melaksanakan cita-cita Islamnya bermula di Kelantan semenjak 1990, kemudian ke Terengganu pada 1999 hingga 2004, dan kini PAS mendapat kepercayaan rakyat di Kedah, Perak dan Selangor. Di Parlimen juga, PAS telah bangkit dan menguasai 10 peratus daripada kerusi Parlimen atau 25 peratus daripada keseluruhan kerusi pembangkang. Perkembangan ini meletakkan PAS dalam perhatian peminat politik, pengkaji dan juga penyelidik.


Sebenarnya, kemunculan PAS dalam sejarah politik tanah air telah bermula semenjak 23 Ogos 1951 apabila para ulamak yang bersidang di Kuala Lumpur bersetuju menubuhkan sebuah persatuan yang dinamakan Persatuan Ulamak Se-Malaya. Nama persatuan ini kemudiannya diubah menjadi Persatuan Islam Se-Malaya (PAS) pada 24 November 1951, dalam satu
persidangan ulamak Malaya di Bagan Tuan Kecil (Butterworth), Seberang Prai. Itulah sekelumit permulaan sejarah PAS yang diasaskan oleh para ulamak yang kemudiannya berkembang menjadi sebuah pertubuhan politico-dakwah yang penting di negara ini. Penglibatan dan sumbangan PAS dala politik negara bermula sebaik sahaja ia ditubuhkan walaupun ramai pengkaji mengatakan PAS hanya menyertai politik menjelang pilihan raya 1955.


Kemunculan PAS ini dikatakan hasil daripada silang pengaruh yang berlaku antara beberapa gerakan Islam yang lebih awal seperti Ikhwanul Muslimun di Mesir, Masyumi di Indonesia dan Jamaat Islami di Pakistan. Ketiga-tiga pengaruh ini telah menyerap masuk ke Tanah Melayu melalui para ulamak yang belajar di Mesir, Mekah, India dan Indonesia. Ksedaran yang awal ialah para ulamak atau umat Islam memerlukan sebuah pertubuhan atau badan yang boleh mewakili mereka dalam semua aspek kehidupan terutama dalam keadaan Tanah Melayu sedang dijajah oleh British ketika itu. Longgokan ksedaran ini kemudiannya menghasilkan Majlis Tertinggi Agama Malaya (MATA) pada 1947 diikuti oleh Hizbul Muslimin pada 1948 kesan daripada usaha gigih Dr Burhanuddin al-Helmy dan Ustaz Abu Bakar al-Baqir. Walau bagaimanapun, gerakan Islam yang berpusat di Gunung Semanggol ini terkubur ekoran penguatkuasaan Ordinan Darurat pada Jun 1948.


Para ulamak mengambil beberapa sikap selepas tragedi darurat ini. Ada yang ’tawakuf’ daripada politik kepartian tetapi menggerakkan kesedaran rakyat melalui institusi pendidikan atau media massa. Dalam fraksi yang lain, para ulamak telah mengambil sikap untuk menyertai parti nasionalis Umno bagi membolehkan isu-isu umat Islam diperkatakan. Beberapa tokoh Hizbul Muslimin seperti Tuan Haji Ahmad Fuad Hassan, seorang lepasan Maahad Il Ihya Assyariff, Gunung Semanggol telah menyertai Umno pada 1950 dan dilantik mengetuai Bahagian Agama dan Pelajaran Umno. Bahagian ini kemudiannya mengaturkan beberapa persidangan untuk membolehkan ulamak menubuhkankan persatuan. Dalam tulisannya, ”Ulamak Malaya Belum Bersatu dan Belum Punya Persatuan”, Haji Ahmad Fuad menyifatkan kedudukan ulamak ketika itu umpama sampah yang tidak dihargai kerana tiada kekuatan. Lebih-lebih lagi ketika itu ulamak telah muak dengan sikap Umno yang mengabaikan isu pemurtadan Natrah, pengajuran judi loteri, fun fair, kaberat dan lain-lain. Dalam satu persidangan ulamak yang dipimpin oleh Sheikh Abdullah Fahim, Mufti Pulau Pinang di Seberang Perai pada 1951, mereka telah mengeluarkan fatwa mengharamkan judi loteri anjuran Umno.


Dalam konflik pelbagai yang dihadapi oleh para ulamak dan situasi politik semasa yang masih tidak menuju kepada jalan Allah itu, maka para ulamak membuat pendirian untuk menubuhkan PAS. Haji Ahmad Badawi, seorang ulamak di Seberang Perai telah mengeluarkan satu manifesto yang dinamakan ’Manifesto al-Badawi’ dengan tema ”Ulamak ke Jalan Allah” bagi menyambut persidangan untuk menubuhkan PAS pada 24 November 1951. Mereka memutuskan supaya PAS menjadi sebuah pertubuhan politik Islam yang memperjuangkan kemerdekaan melalui landasan demokrasi ke arah membentuk sebuah negara yang diredhai Alah. Para ulamak menolak bentukbentuk perjuangan yang diasaskan berdasarkan ideologi ciptaan manusia yang dibawa masuk oleh penjajah.


Semenjak itulah, PAS muncul sebagai sebuah pertubuhan politik Islam yang memperjuangkan kemerdekaan negara, kemudian menyertai pilihan raya demi pilihan raya. PAS juga menggunakan pelbagai saluran untuk menyampaikan mesej dakwahnya termasuk membentuk beberapa kerjasama politik dengan orang bukan Islam semenjak 1953. Di bawah kepemimpin Tuan Guru Haji Ahmad Fuad Hassan dan Dr Haji Abbas Alias, PAS bercakap soal kemerdekaan yang boleh ditegakkan hukum Islam. PAS menolak kerakyatan jus soli yang merugikan peribumi dan PAS mendesak supaya Islam dijadikan dasar negara yang merdeka. Apabila Dr Burhanuddin al-Helmy mengambil alih kepemimpinan PAS pada akhir 1956, PAS mula memperincikan sikapnya terhadap kemerdekaan yang hendak dicapai yang dianggap ’masih kosong’ dari
matlamat sebenar kerana mengabaikan kebangsaan Melayu dan ketuanan Islam1. Hal ini tergambar daripada hasrat Dr Burhanuddin,


”Dalam perjuangan kita (PAS) bagi mencapai kemerdekaan, kita telah dan terusmenerus memperjuangkan Melayu itu sebagai kebangsaan bagi negara Tanah Melayu ini dengan bertapak di atas asas ideologi Islam yang maha suci”2.


Penyertaan PAS dalam pilihan raya 1959 telah memberikan kejayaan besar apabila Terengganu dan Kelantan berjaya dikuasai. PAS membentuk kerajaan yang dipimpin oleh Mohd Daud Abdul Samad di Terengganu dan Ustaz Ishak Lotfi Omar di Kelantan sebagai Menteri Besar. PAS memulakan langkah sebagai kerajaan di dua negeri Pantai Timur untuk menterjemahkan ideologi perjuangannya yang berasaskan al-Quran dan Sunnah. Namun begitu, kerajaan PAS di Terengganu telah dijatuhkan pada Oktober 1961 hasil permainan politik kotor Perikatan. Di Kelantan, PAS berjaya bertahan sehingga BN mendaruratkan Kelantan pada akhir 1977. Dalam konteks ini, PAS-lah satu-satunya pembangkang yang diberikan kepercayaan oleh rakyat untuk memerintah kerajaan negeri di negara ini.


Selepas kejatuhan Terengganu pada hujung 1961, PAS mulai menerima tekanan-tekanan politik seperti penyalahgunaan ISA, penahanan Dr Burhanuddin al-Helmy diikuti oleh sekatan politik, keganasan Pemuda Tahan Lasak Umno dan beberapa siri pembunuhan politik. Perjuangan PAS untuk memartabatkan kebangsaan Melayu Raya berasaskan Islam telah dijadikan kambing hitam dalam Konfrantasi Indonesia pada 1963. PAS menolak pembentukan Malaysia kerana mahukan sebuah negara Melayu yang lebih besar meliputi seluruh alam Melayu dibentuk. Dalam masa yang sama Umno mencanangkan isu-isu perkauman yang akhirnya membawa kepada beberapa siri perbalahan kaum di Pulau Pinang, Perak dan Singapura antara 1964 hingga 1969, dan kemuncaknnya tercetus Tragedi 13 Mei 1969 yang mengubah landskap politik negara. Selepas tragedi ini, Datuk Mohd Asri Muda yang memangku jawatan Yang Dipertua Agung PAS semenjak 1965 telah dilantik sebagai Yang Dipertua Agung PAS pada 1971.


PAS memasuki era baru dalam politik negara apabila PAS mula meneroka kerjasama dengan Umno bagi menjamin kestabilan politik negara, mengekalkan ketuanan Melayu dan menyerapkan Islam dalam pemerintahan. PAS menyertai beberapa parti lain telah membentuk Kerajaan Campuran PAS-Perikatan pada 1973, kemudian sama-sama mengasaskan Barisan Nasional (BN) pada 1974. BN mencapai kejayaan besar dalam pilihan raya 1974 dan PAS sendiri telah berjaya menembusi ruang-ruang yang baru sehingga membolehkan Islam di sampaikan ke corong telinga rakyat dengan lebih berkesan. Walau bagaimanapun, keterbukaan PAS dalam membentuk kestabilan politik negara telah disalahgunakan oleh musuh-musuh politiknya dengan melaga-lagakan pimpinan PAS sehingga terjadi krisis politik Kelantan pada 1977. Akibatnya, PAS telah menolak Akta Darurat (Kelantan) 1977 yang menyebabkan PAS bukan sahaja disingkirkan dari BN, tetapi turut kehilangan Kelantan.


Setelah melalui tempoh yang mencabar antara 1978 hingga 1982 di mana PAS terpaksa berhadapan dengan perpecahan, kehilangan kuasa pemerintahan, tekanan ISA dan krisis kepemimpinan, akhirnya PAS telah mengasaskan kepemimpinan ulamak pada Oktober 1982. Tuan Haji Yusof Rawa telah diangkat untuk memimpin PAS bagi menggantikan Datuk Mohd Asri yang meletakkan jawatan. Permulaan era kepemimpinan ulamak memperlihatkan PAS kembali kepada asas perjuangannya untuk mendaulatkan Islam dan memberikan penekanan terhadap kwajipan tersebut. Gerakan dakwah PAS berkembang dengan lebih tersusun melalui pendekatan haraki dan dalam masa yang sama PAS terus membina jambatan dakwah dengan non-Muslim sehingga terbentuk Majlis Perundingan Cina (CCC). Di sudut yang lain, pendekatan PAS telah disambut oleh kerajaan dengan melaksanakan juzuk tertentu daripada Islam seperti Dasar Penerapan Nilai-nilai Islam, Dasar Bersih, Cekap dan Amanah serta penubuhan Bank Islam, Universiti Islam Antarabangsa dan lain-lain.


Paling mencabar pada era kepemimpinan ulamak ialah beberapa siri penyalahgunaan ISA yang berlaku pada 1984, 1987 dan 1989, ketimbang dengan desakan PAS untuk diadakan Debat Terbuka PAS-Umno pada 1984. Dalam kemelut ini, tercetus pula tragedi Memali pada November 1985 yang mengorbankan 14 orang ahli PAS. Tetapi, pada 1987, Umno pula menghadapi krisis kepemimpinan sehingga parti tersebut diharamkan. Yang Dipertua Agung PAS, Ustaz Fadzil Mohd Noor memanfaatkan kesempatan ini dengan mewujudkan kerjasama politik dengan serpihan Umno, Semangat 46 yang membolehkan PAS berkuasa semula di Kelantan. Ketua Dewan Ulamak PAS (kemudian Mursyidul Am PAS), Tuan Guru Dato’ Nik Abdul Aziz Nik Mat diberikan kepercayaan untuk memimpin kerajaan Kelantan semenjak 1990. Dengan dasar ’Membangun Bersama Islam’, PAS berjaya melaksanakan tanggungjawabnya untuk menegakkan hukum Allah yang berada dalam bidang kuasana.


Pada 1996, PAS mula berkrisis dengan Parti Melayu Semangat 46 (PMS46) yang menyebabkan Angkatan Perpaduan Ummah (APU) yang dibentuk pada 1989 berpecah. Dua tahun kemudian, Umno sekali lagi menghadapi perpecahan ekoran pemecatan Datuk Seri Anwar Ibrahim yang menyebabkan wujudnya gerakan Reformasi. PAS telah memimpin Majlis Gerakan Keadilan Rakyat Malaysia (GERAK) bagi menuntut keadilan kepada rakyat, kemudian menubuhkan Barisan Alternatif (BA) pada 1999. Melalui BA, PAS berjaya merampas semula Terengganu. Timbalan Presiden PAS, Datuk Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang diamanahkan untuk mengetuai kerajaan Terengganu sehingga 2004. Selepas pencapaian lemah PAS pada 2004 kerana momentum Perdana Menteri baru, PAS bangkit semula pada 2008 dengan mengetuai tiga kerajaan negeri dan turut serta dalam kerajaan di Selangor. Kini, PAS dilihat sebagai pencabar utama Umno dalam menguasai politik orang Melayu Islam.


Sepanjang tempoh 1951-2008 ini, PAS telah dipimpin oleh tujuh orang Yang Dipertua Agung/Presiden iaitu Tuan Guru Haji Ahmad Fuad Hassan (1951-1953), Dr Haji Abbas Alias (1953-1956), Profesor Dr Burhanuddin al-Helmy (1956-1969), Datuk Mohd Asri Muda (1969-1982), Tuan Haji Yusof Rawa (1982-1988), Dato’ Fadzil Mohd Noor (1988-2002) dan Datuk Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang (2002 hingga sekarang). Para pengkaji yang menganalisis perkembangan PAS ini mengatakan PAS telah mengalami empat jenis kepemimpinan iaitu kepemimpinan ulamak tradisi (1951-1956), kepemimpinan nasionalis kiri (1956-1969), kepemimpinan nasionalis kanan (1969-1982) dan kepemimpinan ulamak haraki (1982-sekarang)3. Dalam pada itu juga, mereka mengatakan PAS telah melalui empat tahap perkembangan iaitu tahap kemunculan (1951-1959), tahap kebangkitan (1959-1973), tahap kemuncak (1973-1977), tahap kejatuhan (1977-1990) dan tahap kebangkitan semula (1990-sekarang)4. Dari sudut pembinaan ideologi perjuangan PAS, dikatakan berlaku tiga fasa iaitu fasa penubuhan dan pembentukan ideologi (1951-1958), fasa pencernaan ideologi (1958-1982) dan fasa pengukuhan idelogi (1982-1995)5.



1 Burhanuddin al-Helmy (1957), Panduan Jiwa Pergerakan, dlm. Suara Islam, Thn. 2, Bil. 1, Disember.
2 Burhanuddin al-Helmy (1960), Sambutan Kemerdekaan Kali Ketiga, Utusan Melayu, 31 Ogos.
3 Mohd Fadli Ghani (2003), Dewan Pemuda PAS: Suatu Kajian Terhadap Tahap-tahap Perkembangan Organisasi
Dalam Era Bertindak, 1975-2003, Tesis Sarjana Sastera, Pusat Pengajian Sejarah, Politik dan Strategi UKM, h. 27.
4 Wan Abdul Rahman Latif (1992), Parti-parti Politik di Malaysia: Asas Perjuangan dan Penerimaan Masyarakat,
dlm. Dunia Islam, Feb., h. 35.
5 Zambry Abd Kadir (1995), Religion and Politics: The Search for Political Legitimacy of The Pan-Islamic Party of
Malaysia, Tesis PhD, Temple University, h. 25-28.

Tuesday, April 14, 2009 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0

Networkedblog