Followers
Saturday, September 15, 2007
TAZKIRAH RAMADHAN...
Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.
Wahai Ikhwan yang mulia. Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari sisi Allah yang diberkati dan baik:
Pada malam ini, yang merupakan akhir bulan Sya’ban, kita menutup serial kajian kita tentang Al-Qur’anul Karim, tentang kitab Allah swt. Insya Allah, pada sepuluh malam yang pertama bulan Syawal, kita kembali kepada tema tersebut. Setelah itu kita akan membuka serial baru dari ceramah-ceramah Ikhwan, yang temanya insya Allah: Kajian-Kajian tentang Sirah Nabi dan Tarikh Islam.
Ramadhan adalah bulan perasaan dan ruhani, serta saat untuk menghadapkan diri kepada Allah. Sejauh yang saya ingat, ketika bulan Ramadhan menjelang, sebagian Salafush Shalih mengucapkan selamat tinggal kepada sebagian lain sampai mereka berjumpa lagi dalam shalat ‘Id. Yang mereka rasakan adalah ini bulan ibadah, bulan untuk melaksanakan shiyam (puasa) dan qiyam (shalat malam) dan kami ingin menyendiri hanya dengan Tuhan kami.
Ikhwan sekalian, sebenarnya saya berupaya untuk mencari kesempatan untuk mengadakan kajian Selasa pada bulan Ramadhan, tetapi saya tidak mendapatkan waktu yang sesuai. Jika sebagian besar waktu selama setahun telah digunakan untuk mengadakan kajian-kajian tentang Al-Qur’an, maka saya ingin agar waktu yang ada di bulan Ramadhan ini kita gunakan untuk melaksanakan hasil dari kajian-kajian tersebut. Apalagi, banyak di antara ikhwan yang melaksanakan shalat tarawih dan memanjangkannya, sampai mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali di bulan Ramadhan. Ini merupakan cara mengkhatamkan yang indah. Jibril biasa membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari Nabi saw. Sekali dalam setahun.
Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenainya ;
Wahai Ikhwan, dalam diri saya terbetik satu pemikiran yang ingin saya bicarakan. Kerana kita berada di pintu masuk bulan Puasa, maka hendaklah pembicaraan dan renungan kita berkaitan dengan tema bulan Ramadhan.
Ikhwan sekalian, kita telah berbicara panjang lebar tentang sentuhan perasaan cinta dan persaudaraan yang dengannya Allah telah menyatukan hati kita, yang salah satu dampaknya yang paling terasa adalah terwujudnya pertemuan ini kerana Allah. Bila kita tidak akan berjumpa dalam masa empat pekan atau lebih, maka bukan berarti bara perasaan ini harus padam atau hilang. Kita tidak mesti melupakan prinsip-prinsip luhur tentang kemuliaan dan persaudaraan kerana Allah, yang telah dibangun oleh hati dan perasaan kita dalam majelis yang baik ini.
Kerana itu, Ikhwan sekalian, hendaklah Anda semua berusaha agar hati Anda menyatu dengan Allah swt. Pada malam-malam bulan mulia ini. Sesungguhnya puasa adalah ibadah yang dikhususkan oleh Allah swt. bagi diri-Nya sendiri.
Ini, wahai Akhi, mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilaksanakan oleh manusia mengandung manfaat lahiriah yang bisa dilihat, dan di dalamnya terkandung semacam bagian untuk diri kita. Kadang-kadang jiwa seseorang terbiasa dengan shalat, sehingga ia ingin melaksanakan banyak shalat sebagai bagian bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan dzikir, sehingga ia ingin banyak berdzikir kepada Allah sebagai bagian bagi dirinya.
Ikhwan sekalian, hendaklah senantiasa ingat bahwa Anda semua berpuasa kerana melaksanakan perintah Allah swt. Maka berusahalah sungguh-sungguh untuk beserta dengan Tuhan Anda dengan hati Anda pada bulan mulia ini. Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan keutamaan. Ia mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah swt. Hal ini telah dinyatakan dalam kitab-Nya,
Wahai Akhi, pada akhir ayat ini Anda mendapati:
Wahai Akhi, di sini Anda melihat bahwa Allah Yang Maha Benar meletakkan ayat ini di tempat ini untuk menunjukkan bahwa Dia swt. paling dekat kepada hamba-Nya adalah pada bulan mulia ini. Allah swt. telah mengistimewakan bulan Ramadhan. Mengenai hal ini terdapat beberapa ayat dan hadits. Nabi saw. bersabda,
Wahai Akhi, pintu-pintu surga dibuka, kerana manusia berbondong-bondong melaksanakan ketaatan, ibadah, dan taubat, sehingga jumlah pelakunya banyak. Setan-setan dibelenggu, kerana manusia akan beralih kepada kebaikan, sehingga setan tidak mampu berbuat apa-apa. Hari-hari dan malam-malam Ramadhan, merupakan masa-masa kemuliaan yang diberikan oleh Al-Haq swt., agar orang-orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang-orang yang berbuat jahat mencari karunia Allah swt. sehingga Allah mengampuni mereka dan menjadikan mereka hamba-hamba yang dicintai dan didekatkan kepada Allah.
Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al-Qur’an. Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan. Kerana itu, Allah swt. mengistimewakan dengan menyebutkannya dalam kitab-Nya.
Ada ikatan hakikat dan fisik antara turunnya Al-Qur’an dengan bulan Ramadhan. Ikatan ini adalah selain bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan, maka di bulan ini pula Dia mewajibkan puasa. Kerana puasa artinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakikat spiritual atas hakikat material dalam diri manusia. Ini berarti, wahai Akhi, bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam kondisi seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, kerana ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Kerana itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.
Pada kesempatan ini, Ikhwan sekalian, saya akan meringkaskan untuk Anda semua pandangan-pandangan saya tentang kitab Allah swt., dalam kalimat-kalimat ringkas. Wahai Ikhwan yang mulia, tujuan-tujuan asasi dalam kitab Allah swt. dan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan bagi petunjuk Al-Qur’an ada empat:
1. Perbaikan Aqidah
Anda mendapati bahwa Al-Qur’anul Karim banyak menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia bisa mengambil manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahwa Allah swt. adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari akhir, agar setiap jiwa dihisab tentang apa saja yang telah dlkerjakan dan ditinggal kannya. Wahai Akhi, jika Anda mengumpulkan ayat-ayat mengenai aqidah dalam Al-Qur’an, niscaya Anda mendapati bahwa keseluruhannya mencapai lebih dari sepertiga Al-Qur’an.
Wahai Akhi, setiap kali membaca surat ini, Anda mendapati kandungannya ini melintang di hadapan Anda. Allah swt. juga berfirman dalam surat Al-Mukminun,
Allah swt. juga berfirman di surat yang sama;
Allah swt. juga berfirman;
Allah swt. berfirman;
2. Pengaturan Ibadah
Anda juga membaca firman Allah swt. mengenai ibadah. “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.”
3. Pengaturan Akhlak
Mengenai pengaturan akhlak, wahai Akhi, Anda biasa membaca firman Allah swt.
Inilah peraturan-peraturan tersebut, Ikhwan sekalian, sebenarnya, peraturan-peraturan itu lebih tinggi daripada yang dikenal oleh manusia, kerana di dalamnya terkandung semua yang dikehendaki manusia untuk mengatur urusan masyarakat. Ketika mengupas sekelompok ayat, maka Anda mendapati makna-makna ini jelas “Seperempat Juz Khamr” dalam Al-Quran yang diawali dengan
Ikhwan tercinta, hendaklah Anda semua menjalin hubungan dengan kitab Allah. Bermunajatlah kepada Tuhan dengan kitab Allah. Hendaklah masing-masing dari kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang telah saya sebutkan ini, kerana itu akan memberikan manfaat yang banyak kepada Anda, wahai Akhi. Insya Allah Anda akan mendapatkan manfaat darinya.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad dan kepada segenap keluarga dan sahabatnya.
Saturday, September 15, 2007 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0
Berbagai Peristiwa di Bulan Ramadhan
- Di bulan Ramadhan Al Qur’an di turunkan. Dialah wahyu Allah yang menjadi petunjuk hidup manusia. Dialah mu’jizat yang dianugerahkan Allah kepada manusia.
- Tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijrah, hari Jum’at pagi, terjadi peperangan Badr al-Kubra. Sebuah perang besar terbuka yang pertama kalinya terjadi antara kaum Muslimin melawan kaum musyrik. Pertempuran terjadi di sebuah lembah di dekat kota Madinah, yaitu di Badr. Kekuatan kaum Muslimin waktu itu, sekitar 300 orang, setiap dua orang satu unta. Sedangkan kekuatan kaum kafir sekitar 1000 orang dengan perincian 700 orang naik unta dan lebih dari 100 orang adalah pasukan berkuda. Berarti satu orang Muslim harus menghadapi 3 lawan. Pertempuran dimenangkan oleh kaum Muslimin dengan gilang-gemilang.
- Tanggal 18 Ramadhan tahun ke-8 Hijrah Rasulullah bersama 12 000 kaum Muslimin bertolak dari Madinah menuju Makkah untuk membebaskan Makkah. Peristiwa bebasnya kota Makkah terkenal dengan sebutan Futuh Makkah. Pembukaan kota Makkah menandai sebuah era baru di dalam Islam, setelah sebelumnya kaum Muslimin selalu disiksa, ditindas, bahkan terakhir dikepung oleh pasukan Ahzab (sekutu) selama berminggu-minggu di Madinah. Era baru yang dibangkitkan oleh Rasulullah dengan perang Ahzab dengan sabdanya,“Kaum Quraisy tidak akan berani mendatangi (menyerang) kamu sesudah tahun ini, telah lenyap musnah kekuatan mereka, dan mereka tidak akan memerangi kita sesudah hari ini, dan sekarang giliran kita akan memerangi mereka, Insya Allah.“
- Bulan Ramadhan tahun ke-91 Hijrah, kaum Muslimin di bawah pimpinan panglima Thariq bin Ziad membuka Andalusia(Spanyol). Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Futuh Andalusia. Thariq bin Ziyad menyeberangi selat antara Afrika dan Eropah atas perintah Musa bin Nushair penguasa Islam kala itu. Ketika pasukan Islam sudah sampai di seberang, diperintahkannya agar kapal-kapal perang Islam dibakar. Kemudian ia berpidato didepan pasukannya :„Musuh di depan kalian. Apabila kalian mundur, maka lautan dibelakang kalian..“ Agaknya langkah yang beliau ambil dalam membangkitkan semangat kaum muslimin sangat tepat. Tidak ada lagi jalan untuk mundur. Yang ada hanyalah berjuang sekuat tenaga dan mengharap pertolongan Allah. Berturut-turut kota demi kota jatuh ke tangan kaum Muslimin. Akhirnya pada bulan Ramadhan jatuhlah Andalusia ke tangan kaum Muslimin. Sejarah mencatat bahwa di kemudian hari Andalusia menjadi pusat ilmu pengetahuan dan menjadi mercu peradaban manusia di zamannya. Kemajuan teknologi yang diperoleh orang-orang Eropah zaman sekarang hanyalah merupakan perpanjangan teknologi umat Islam masa silam.
- Futuh bilaad Al-Ghaal (dibukanya daerah „Ghaal“ atau dalam bahasa Perancis pays des Gualles). Jatuhnya daerah Ghaal yang sekarang letaknya di Perancis juga terjadi di bulan Ramadhan. Peristiwa ini terjadi di zaman Islam di Andalusia.
- Ma’rakah ‘Ainu Jaaluut (perang ‘ainu jaaluut). Peperangan ini terjadi dengan latar belakang jatuhnya Daulah Abbasiyyah. Kala itu pasukan Tartar (Mongol) yang ganas mengirim ekspedisi ke arah barat. Ketika sampai di daerah kekhalifahan Abbasiyyah terjadilah pengacauan-pengacauan sampai akhirnya mereka bergerak menuju Baghdad. Baghdad yang kala itu merupakan pusat intelek berhasil mereka hancurkan. Khalifah beserta segenap keluarganya mereka bunuh. Buku-buku perpustakaan di Baghdad mereka tenggelamkan di Sungai Tigris untuk membuat jembatan penyeberangan. Dalam sejarah digambarkan betapa air sungai Tigris kala itu berwarna kehitam-hitaman karena terlalu banyaknya tinta yang larut. Demikianlah akhir dari sebuah peradaban modern Islam di Baghdad. Pasukan Mongol terus bergerak ke barat menuju Syams (sekarang meliputi Syria, Palestina, Yordania, Libanon). Umat Islam tidaklah tinggal diam membiarkan orang-orang kafir merobek-robek kemuliaan umat. Penguasa Mesir kala itu Sa ifuddin Quths menggerakkan pasukan Islam menuju Syams untuk menghalang orang-orang Mongol. Seorang tokoh penting yang sangat berpengaruh membentuk kepribadian Quths adalah seorang ulama yang bernama Al-’Izz bin ‘abdis Salaam. Beliaulah yang mentarbiyyah (membina) Saifuddin Quths menjadi seorang berkepribadian islami. Dua buah pasukan besar tersebut akhirnya bertemu di sebuah tempat yang bernama ‘Ainul Jaaluut (letaknya di Palestina). Sejarah akhirnya mencatat bahwa di‘ainul Jaaluut-lah akhirnya ekspansi pasukan Tartar dipatahkan oleh kaum Muslimin.
Dipetik dari Internet dan diedit utk. bacaan pembaca Malaysia.
Saturday, September 15, 2007 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0
Tingkatan Puasa
Menurut Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin, tingkatan puasa diklasifikasi menjagi tiga, yaitu puasa umum, puasa khusus, dan puasa khusus yang lebih khusus lagi.
Puasa umum adalah tingkatan yang paling rendah yaitu menahan dari makan, minum dan jima'. Puasa khusus, di samping menahan yang tiga hal tadi, juga memelihara seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat atau tercela. Sedangkan puasa khusus yang lebih khusus adalah puasa hati dari segala kehendak hina dan segala pikiran duniawi serta mencegahnya memikirkan apa-apa yang selain Allah.
Puasa level ketiga tadi adalah puasanya para nabi-nabi, shiddiqin, dan muqarrabin. Sedangkan puasa level kedua adalah puasanya orang-orang salih - puasa tingkat ini yang seharusnya kita tuju untuk mencapainya.
Selanjutnya imam Al Ghazali menjelaskan enam hal untuk mencapai kesempurnaan puasa tingkatan kedua itu. Pertama, menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan serta dari tiap-tiap yang membimbangkan dan melalaikan dari mengingat Allah. Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa meninggalkan pandangan karena takut kepada Allah, niscaya Allah menganugerahkan padanya keimanan yang mendatangkan kemanisan dalam hatinya.
Kedua menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri, menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca Alquran. "Dua perkara merusakkan puasa," sabda Rasulullah SAW, "Yaitu mengumpat dan berbohong."
Ketika, menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik, karena tiap-tiap yang haram diucapkan maka haram pula mendengarnya. Rasulullah SAW menjelaskan: Yang mengumpat dan yang mendengar, berserikat dalam dosa. Keempat, mencegah anggota-anggota tubuh yang lain dari perbuatan dosa. Seperti mencegah tangan dan kaki dari berbuat maksiat dan mungkar, mencegah perut dari memakan yang syubhat dan haram.
Kelima, tidak berlebih-lebihan dalam berbuka sampai perutnya penuh makanan. Orang yang berbuka secara berlebihan tentu tidak akan dapat memetik manfaat dan hikmah puasa. Bagaimana dia berusaha mengalahkan musuh Allah dan mengendalikan hawa nafsunya, jika saat berbuka dia justru memanjakan nafsunya dengan makanan yang terhitung banyak dan jenisnya.
Keenam, hatinya senantiasa diliputi perasaan cemas (khauf) dan harap (raja'), karena tidak diketahui apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah. Rasa cemas diperlukan untuk meningkatkan kualiti puasa yang telah dilakukan, sedangkan penuh harap berperanan dalam menumbuhkan optimisme.
Saturday, September 15, 2007 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0
MARHABAN YA RAMADHAN
Rasulullah sendiri senantiasa menyambut gembira setiap datangnya Ramadhan. Dan berita gembira itu disampaikan pula kepada para sahabatnya seraya bersabda:
"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah memfardlukan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh setan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan" (Hr. Ahmad)
Marhaban Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah swt.
Perjalanan menuju Allah swt itu dilukiskan oleh para ulama salaf sebagai perjalanan yang banyak ujian dan tentangan. Ada gunung yang harus didaki, itulah nafsu. Digunung itu ada lereng yang curam, belukar yang hebat, bahkan banyak perompak yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat yang indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya.
Untuk sampai pada tujuan tentu diperlukankan bekal yang cukup. Bekal itu adalah benih-benih kebajikan yang harus kita tabur didalam jiwa kita. Tekad yang keras dan membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama.
SPIRITUALISME DAN MATERIALISME. Puasa Ramadhan hakikatnya adalah melatih dan mengajari naluri (instink) manusia yang cenderung tak terkontrol. Naluri yang sulit terkotrol dan terkendali itu adalah naluri perut yang selalu menuntut untuk makan dan minum dan naluri seks yang selalu bergelora sehingga manusia kewalahan untuk mengekang dua naluri ini.
Dalam sejarah manusia didapatkan dua falsafah yang dapat menguasai dan mendominasi kebanyakan manusia, yakni falsafah materialisme yang berorientsi pada materi saja, dan falsafah spiritualisme yang hanya berorientasi pada rohaniah saja.
Orang-orang yang berorientasi materi - terdiri dari orang-orang atheis, komunis dan animisme dan berhalaisme - mereka hidup untuk dunianya saja. Mereka melepaskan kenhendak nalurinya dan tak pernah puas. Bila terpenuhi satu keinginannya, timbul keinginan baru begitu seterusnya. Sahwat manusia bila sudah terbakar maka akan mengheret dari sedikit ke yang banyak, dari banyak ke yang terbanyak.
Allah mengecam orang-orang seperti ini: "Biarkanlah mereka makan, dan bersenang-senang, mereka dilalaikan oleh angan-angan dan mereka akan mengetahui akibatnya".(QS Al Hijr 3). Ayat lain: "Orang-orang kafir mereka bersenang-senang dan makan seperti binatang ternak makan. Dan neraka adalah tempat tinggalnya".(QS Muhammad 12)
Mereka hidup di dunia ini dalam keadaan kosong. Jiwanya dikuasai nafsunya, menghalalkan segala cara, dan dihari kiamat nanti mereka mendapat balasan yang setimpal. "Demikian itu bersenang-senang di bumi tanpa haq dan mereka sombong".(QS Ghofir 75) Sementara filsafat spiritualisme yang didasarkan pada kerahiban, berpandangan bahwa pengabdian kepada Tuhan harus menekan naluri seks mengikis habis pendorong-pendorongnya dan mematikannya yang juga diatasi dengan mengurangi makan. Dengan kata lain mereka masuk dalam kancah peperangan melawan jasad manusiawinya. Filsafat ini dilakukan oleh gereja sejak dahulu kala.
Orang-orang Barat dewasaa ini melepaskan diri dari filsafat gereja, mereka menggunakan waktu dan harta kekayaannya untuk memenuhi sahwat jasmaninya. Filsafat spiritualismenya telah lenyap, bahkan gereja-gereja sudah tiada lagi pengunjungnya walaupun pada hari Minggu. Seandainya masih ada, itu hanya sekelompok minoritas yang hidup di dunia Islam.
Agama Islam adalah agama yang seimbang. Ia menghormati rohani dan jasmani sekaligus, ia memperhatikan nilai-nilai ideal manusia, tapi juga menjamin kebutuhan hidup naluri duniawinya asal dalam ruang keutamaan, ketaatan, kehormatan.
Ia membolehkan manusia makan dengan catatan dalam batas kewajaran dan kehormatan. "Makanlah dan minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa berlebih-lebihan dan tidak diiringi kesombongan".(HR Bikhari)
Islam mengimbangkan antara ruhani dan jasmani. "Ya Allah, a ku berlindung kepadamu dari lapar, karena sesungguhnya seburuk- buruk tidur adalah dalam keadaan lapar. Dan aku berlindung kepadamu dari khianat, karena itu adalah seburuk-buruk suasana kejiwaan".(HR Abu Daud)
Islam memperhatikan kehidupan dunia dan akherat, "Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa: Apa yang Tuhan kalian turunkan? mereka berkata: 'Keuntungan bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini dan akherat lebih baik, dan sebaik tempat bagi orang-orang yang bertaqwa".(QS AN Nahl 30)
Ajaran Islam datang untuk mensucikan manusia, mengangkat darjatnya, ia mensucikan fisikalnya dengan mandi dan berwudlu, mensucikan jiwanya denga ruku' dan sujud. Islam adalah jasmani dan ruhani, dunia dan akherat dengan falsafah puasa. Islam menegaskan bahwa manusia terdiri dari jasmani dan ruhani.
Nilai manusia tidak terletak pada jasadnya, akan tetapi terletak pada ruhani yang menggerakkannya. Kerena ruhani inilah, Allah memerintahkan pada malaikatnya untuk hormat kepada manusia, karena ruhani datangnya dari Allah swt. Firman Allah:
"Ingatlah diwaktu Tuhanmu berkata kepada para malaiakat: "Aku menciptakan manusia dari tanah, dan setelah aku sempurnakan aku tiupkan kedalamnya ruh-Ku, maka hormatlah kalian kepadanya".(QS ShAd 71-72)
Setelah itu manusia ada yang mengenali siapa yang meniupkan ruh kapadanya dan yang memuliakannya atas seluruh makhluknya.
Mereka itu akan bersyukkur kepada pemberi nikmat, sementara ada manusia-manusia yang melupakan Tuhannya, melupakan kepada dzat yang meniupkan ruh kepadanya.
Demikian juga halnya kebudayaan. Kebudayaan yang memegang kendali alam sekarang ini telah melupakan Tuhannya, melalaikan haknya. Dunia ini tidak memiliki kebudayaan yang mengakui ruhani dan jasmani, berorientasi dunia dan akherat dan menentukan hak-hak manusia disamping hak-hak Allah -kebudayaan Islam-.
Puasa Ramadhan sebagaimana Rasulullah jelaskan dapat mengangkat derajat pelakunya menjadi unsur rahmat, kedamaian, ketenangan, kesucian jiwa, aklaq mulia dan perilaku yang indah ditengah-tengah masyarakat. "Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidakberbicara buruk dan aib. dan jangan berbicara yang tiada manfaatnya dan bila dimaki seseorang maka berkatalah, 'Aku berpuasa'". (HR. Bukhori).
Dalam bulan Ramadhan terdapat filsafat Islam yang mengaitkan dunia dengan akhirat, mengaitkan jasmani dan ruhani, mengaitkan bumi dengan langit, mengaitkan manusia dengan wahyu, dan mengaitkan dunia dengan kitab yang menerangi jalannya dan menetukan tujuannya.
Saturday, September 15, 2007 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0
Penghayatan Puasa
Sebahagian ulama berkata:"Ramai orang yang puasa, berbuka; dan ramai yang berbuka, berpuasa. Orang berbuka yang puasa ialah orang yang memelihara anggota badannya dari yang haram, padahal dia makan dan minum. Dan orang berpuasa yang berbuka ialah orang yang menahan makan dan minum hingga lapar dan dahaga, tetapi pada waktu yang sama dia membebaskan anggota badannya melakukan yang haram."
Rasulullah s.a.w. bersabda:
- Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Puasa itu bukanlah sekadar menahan makan minum, tetapi puasa itu ialah menahan dari melakukan perkara sia-sia; maka jika seseorang memaki engkau atau dia tidak mengetahui engkau sedang berpuasa, maka katakan:"Sesungguhnya saya berpuasa, sesungguhnya saya berpuasa!". "
(Riwayat Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Hakim)
- Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a. katanya: rasulullah s.a.w. bersabda:"Seringkali orang yang berpuasa itu hanya sekadar mendapat lapar dan dahaga, dan sering kali orang yang bangun malam itu hanya sekadar berjaga."
(riwayat Tabarani)
Sabda Rasulullah s.a.w.:
- Diriwayatkan daripada Zaid bin Khalid al-Juhani r.a. daripada Nabi s.a.w. sabdanya:"Siapa yang memberi amkanana berbuka kepada orang yang berpuasa baginya pahala seumpama orang yang berpuasa itu, meskipun orang yang berpuasa itu tidak dikurangi pahala sedikit pun."
(riwayat Tirmizi dan Nasai)
Saturday, September 15, 2007 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0
Ramadan bulan ibadah
Apabila masuk Ramadhan ulama'-ulama' Islam memberi tumpuan khusus kepada menambahkan amal dan tilawah al-Quran. Imam Malik meninggalkan pengajian hadis dan memberi tumpuan kepada tilawah al-Quran. Begitu juga dengan Imam Syafiee. Beliau sempat mengkhatamkan al-Quran sebanyak 60 kali dalam bulan Ramadhan.
Sesungguhnya Ramadhan bulan amal! Bulan Tilawah al-Quran! Bulan menundukkan hawa nafsu! Bulan qiamulail! Bulan pohon taubat! Bulan ZikruLlah! Bulan sedekah! Bulan iktikaf! Bulan mencari lailatul qadar!
Ramadhan seharusnya berbeda dengan bulan-bulan yang lain. Sebelas bulan sebelumnya kita bergelumang dengan pelbagai dosa-dosa. Makanya inilah peluang untuk kita untuk mendapatkan keampunan Allah S.W.T. Sabda Rasulullah yang bermaksud:
Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan ikhlas, maka akan diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.
Kita diajar oleh Rasulullah agar sentiasa membaca doa "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan suka memberi maaf, maka maafkan daku" dalam bulan Ramadhan. Kita juga diajar agar sentiasa memohon Syurga dan meminta dijauhi azab Neraka.
Dalam bulan ini Jibril mendatangi Rasulullah untuk membaca al-Quran. Maka adalah sangat-sangat dituntut agar kita memperbanyakkan tilawah al_Quran dalam bulan ini. Paling kurangnya kita dapat mengkhatam al-Quran sekali dalam bulan Ramadhan. Alangkah baiknya jika kita dapat melaksana tadarrus al-Quran di masjid-masjid. Sesungguhnya orang yang mendengar seseorang membaca al-Quran dikira sebagai pembaca al-Quran jua. Pahala membaca al-Quran ini sangat besar, apatah lagi jika di baca dalam bulan yang penuh barakah ini.
Ramadhan adalah bulan qiamulail. Nabi mengikatkan kainnya dan bangun sembahyang malam sehingga bengkak kakinya. Pada 10 akhir Ramadha nabi tidak keluar dari masjid kecuali kerana keperluan asas seperti berhadath. Pada zaman khulafa arrasyidin sahabat-sahabat berselerak dengan kumpulan masing-masing dimasjid, masing-masing bersembahyang tarawih selepas waktu Isya'. Melihat keadaan ini, Saidina Omar mencadangkan agar semua sahabat berkumpul dengan seorang imam sahaja. Oleh itu kita hendaklah memperbanyakkan bertarwih dan qiamulail dalam bulan yang mulia ini.
Diberitakan bahawa amal Nabi s.a.w. sungguh luar biasa dalam bulan Ramadhan. Antaranya ialah sedekah. Nabi bersedekah umpama angin berlalu. Nabi sungguh pemurah dan tidak pernah mengecewakan orang fakir miskin. Hendaklah kita mengamalkan sunnah ini. Bahkah seteguk air yang kita berikan kepada orang yang berbuka, pahalanya akan kita perolehi seperti pahala orang yang berpuasa itu! Apakah kita menolak tawaran besar ini??
Sesungguhnya semua amal-amal ini menjuruskan kepada satu matlamat: BERTAQWA kepada Allah S.W.T. Firman Allah S.W.T yang bermaksud:
Wahai orang-orang beriman, berpuasalah kamu seperti mana orang terdahulu berpuasa, moga-moga kamu bertaqwa.
Apabila kita bertaqwa maka kita akan mendapat kemuliaan di sisi Allah S.W.T. Taqwa juga dapat menjauhkan kita dari azab Api Neraka dan memasukkan kita ke Syurga . Dengan taqwa kita dapat menentukan mana yang hak dan mana yang batil. Taqwa dapat mengeluarkan diri kita dari kesempitan dunia. Rezki yang tidak disangka-sangka akan diperolehi untuk orang yang bertaqwa. Taqwa memberi kebaikan dunia dan Akhirat Benarlah Firman Allah yang bermaksud:
Berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekalan itu adalah bekalan taqwa.
Saturday, September 15, 2007 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0
Sejarah Pensyariatan Puasa
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas orang-orang yang terdahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa". (al-Baqarah, ayat 183) |
Walaubagaimanapun kewajipan puasa Ramadhan tidak pernah disyariatkan sebelum itu. Persamaan yang wujud diantara umat ini dengan umat-umat terdahulu ialah puasa disyariatkan. Tetapi kefardhuan puasa Ramadhan dikhususkan hanya kepada umat Nabi Muhammad s.a.w.
Hikmah, Rahsia dan Faedah Puasa
Puasa Ramadhan adalah ibadah yang difardhukan Allah Taala. Maksud ibadah ialah seseorang muslim melaksanakannya sebagai memenuhi titah perintah Allah Taala dan menunaikan hak perhambaan kepada Allah Taala tanpa melihat apa-apa natijah yang mungkin dihasilkan daripada ibadah puasa itu. Sekiranya seorang muslim telah melakukan perkara tersebut, maka selepas itu tidak ada halangan baginya untuk mencari hikmah dan rahsia ketuhanan yang tersembunyi disebalik sesuatu ibadah seperti puasa dan sebagainya. Suatu perkara yang tidak diragukan lagi ialah hukum-hukum Allah Taala semuanya mempunyai hikmat, rahsia dan faedah untuk hamba-hambaNya. Tetapi tidak disyariatkan hamba itu untuk mengetahui perkara tersebut.
Tidak diragukan juga bahawa puasa mempunyai hikmah dan faedah yang cukup banyak yang kadang-kadang sebahagiannya diketahui oleh hamba, tetapi masih banyak lagi hikmat yang tidak diketahuinya. Diantara hikmat dan faedah puasa yang mungkin diketahui oleh seseorang Islam ialah:
1. Menyedarkan hati seorang mukmin terhadap muraqabah Allah Azzawajalla. Ini disebabkan apabila orang yang berpuasa menghabiskan sebahagian waktu siangnya dengan berlapar, jiwanya inginkan makanan dan minuman. Tetapi kesedarannya tentang ibadah puasa yang sedang dilakukannya menghalang dirinya memenuhi kehendak jiwanya dalam rangka mematuhi perintah Allah Taala. Daripada pertentangan jiwa ini akan lahirlah kesedaran hati dan suburlah perasaan muraqabah Allah Taala serta berterusanlah ingatannya terhadap rububiyah dan keagungan kekuasaan Allah. Begitu juga dia akan sentiasa sedar bahawa dia adalah hamba yang sentiasa tunduk kepada hukum Allah dan mematuhi kehendakNya.
2. Ramadhan adalah bulan suci dibandingkan dengan semua bulan yang lain. Allah Azzawajalla menghendaki hambaNya supaya memenuhkannya dengan ketaatan dan mendekatkan diri kepadaNya. Juga mengisinya dengan setinggi-tinggi makna perhambaan kepada Allah Azzawajalla. Alangkah sukarnya untuk merealisasikan perkara itu apabila berhadapan dengan hidangan makanan, berada dimajlis minum, selepas perut diisi penuh dan setelah naiknya hawa makanan ke dalam pemikiran dan otak. Jadi pensyariatan puasa pada bulan ini adalah jalan yang paling mudah untuk memenuhi hak Allah Taala dan melaksana kewajipan perhambaan kepadaNya.
3. Sesungguhnya kehidupan seseorang muslim yang sentiasa barada dalam keadaan kenyang pasti akan memenuhkan jiwanya dengan sifat-sifat yang keras dan menuburkan faktor-faktor pelampauan. Kedua perkara ini bertentangan dengan keadaan sebenar seseorang muslim. Jadi pensyariatan puasa akan membersihkan jiwanya dan menghaluskan perasaannya.
4. Diantara prinsip terpenting tertegaknya masyarakat Islam ialah saling kasih mengasihi dan sayang menyayangi sesama umat Islam. Amat sukar bagi si kaya untuk mengasihi si miskin dengan kasih sayang sebenar tanpa dia merasai kesakitan dan kepayahan kemiskinan juga kepahitan kelaparan dan penderitaan. Bulan Ramadhan adalah sebaik-baik pengalaman yang akan diperolehi si kaya mengenai perasaan si fakir. Ini menjadikannya hidup bersama si fakir di alam kepedihan dan dihalang daripada memiliki makanan. Dari sinilah puasa adalah sebaik-baik perkara yang akan menimbulkan faktor-faktor kasih sayang, rahmat dan kesian di dalam jiwa si kaya.
sekian.
Saturday, September 15, 2007 by Dr Suhazeli bin Abdullah · 0